Air Ciliwung Terparah di Jawa

Ardi Mandiri Suara.Com
Sabtu, 13 Desember 2014 | 00:14 WIB
Air Ciliwung Terparah di Jawa
Bersih-bersih kali Ciliwung di sekitar jembatan fly over Kalibata Jakarta, Selasa (2/12). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyatakan dari sembilan sungai di Pulau Jawa, Sungai Ciliwung menempati urutan pertama sebagai daearah aliran sungai terburuk.

"Air di sungai-sungai tersebut tidak layak. Kualitas air masih berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat," kata Kepala PPE Jawa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sugeng Priyanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/12/2014).

PPE Jawa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah merilis indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) berbasis daerah aliran sungai (DAS) terbaru. Dari indeks tersebut diketahui bahwa sebanyak sembilan daerah aliran sungai (DAS) di Jawa saat ini sudah dianggap berbahaya.

Sembilan DAS tersebut yaitu Bengawan Solo, Brantas, Ciliwung, Cisadane, Cimanuk, Citarum, Citanduy, Progo, dan Serayu.

Ia mengatakan kualitas air yang paling buruk dari sembilan DAS tersebut dengan skala 0-100 adalah Sungai Ciliwung. Sementara yang tertinggi adalah Sungai Progo. Sementara bila dilihat dari kekritisan air permukaan, DAS Serayu yang tertinggi dan DAS Ciliwung yang terendah.

Menurut dia secara keseluruhan berdasarkan nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 2012 dari sembilan DAS besar yang ada di Pulau Jawa ini, DAS Citarum merupakan DAS yang mendapat nilai paling rendah, dengan nilai 39,63. Sedangkan DAS Citanduy merupakan DAS yang mendapat nilai paling tinggi dengan nilai IKLH sebesar 68,85.

Lebih lanjut ia mengatakan kualitas air yang berbahaya selain terjadi pencemaran juga masalah kuantitas air itu sendiri. Berdasarkan perhitungan ketersediaan air dengan menggunakan metode yang dipakai dalam Permen-LH No. 17 Tahun 2009, sekaligus proyeksi jumlah penduduk tahun pada 2012, diketahui dari besarnya kebutuhan air untuk hidup layak menunjukkan bahwa sebagian besar DAS berada dalam posisi yang kritis karena defisit air.

"Itu baru dilihat dari aspek air. Padahal ada aspek lain yang juga bisa mengukur IKLH-nya," ujarnya.

Aspek atau komponen selain air kata dia, juga ada aspek udara, lahan dan keanekaragaman hayati. Pada aspek sumberdaya air digunakan indikator kualitas air sungai dan kekritisan air.

Pada aspek udara digunakan indikator kualitas udara ambien dan pengatur kualitas udara. Pada aspek lahan mrnggunakan indikator tutupan vegetasi dan lahan kritis. Sedangkan pada aspek keanekaragaman hayati digunakan indikator keamanan ekosistem pengawet keanekaragaman hayati.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI