Orangutan Tewas dengan 40 Lubang Peluru di Tubuhnya

Doddy Rosadi Suara.Com
Jum'at, 05 Desember 2014 | 20:04 WIB
Orangutan Tewas dengan 40 Lubang Peluru di Tubuhnya
Ilustrasi orangutan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tim Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation pada Kamis (4/12/2014) dinihari menerima penyerahan satu individu orangutan betina dewasa dalam kondisi yang mengenaskan.

Koordinator Komunikasi dan Edukasi BOS Monterado Fridman, melalui siaran persnya di Palangka Raya, Jumat, kedua kaki dan lengannya patah dan hasil x-ray menunjukkan ada lebih dari 40 peluru di tubuh orangutan itu.

"Orangutan tersebut diserahkan kepada kami oleh Bapak Nandang dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah. Orangutan itu ditemukan di kawasan PT Surya Inti Sawit Kahuripan sebuah perusahaan kelapa sawit yang merupakan anak perusahaan dari Makin Group," katanya.

Menurut dia, setelah menerima orangutan tersebut tim medis Yayasan BOS Nyaru Menteng segera memeriksa keadaannya dan menemukan bahwa kaki kanannya bagian paha patah, dan tangan kiri membusuk. Sedangkan tulang lengan kiri atas juga patah dengan luka terbuka yang sudah berbelatung. Selain itu tubuhnya sangat kurus akibat kekurangan nutrisi.

Pihaknya memperkirakan bahwa luka-luka tersebut sudah berusia lebih dari tiga hari. Hasil x-ray juga menunjukkan adanya 10 peluru di kepala, delapan peluru di kaki dan panggul kiri, 18 peluru di kaki dan panggul kanan, serta enam peluru di dada dan tangan kanan.

Tim medis mengambil tindakan operasi dan mengamputasi lengan kirinya yang sudah membusuk atas izin dari BKSDA. Kaki kanannya dibersihkan dan dijahit karena ada bagian yang robek dan tulang yang keluar. Namun setelah berusaha maksimal untuk menyelamatkan nyawanya, akhirnya orangutan itu menghembuskan napas terakhirnya pada Kamis (4/12) pukul 18.07 WIB.

"Tewasnya orangutan ini menambah satu angka lagi dalam daftar panjang korban akibat konflik antara industri dan satwa liar, serta praktik-praktik eksploitasi alam secara tidak berkelanjutan," ujarnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI