Suara.com - Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, diduga penuh 'permainan', yang dinilai bakal memuluskan langkah Aburizal Bakrie (ARB) kembali memimpin partai berlambang pohon beringin itu.
Senin (1/12/2014), sejumlah pengurus Partai Golkar pun terperanjat dengan bocornya rekaman suara yang berisi pembicaraan soal pemenangan ARB.
Suara tersebut diduga milik Pimpinan Munas IX Partai Golkar, Nurdin Halid. Dalam rekaman tersebut, terdapat sejumlah tokoh yang melakukan rapat, di antaranya anggota DPD tingkat I dan II yang menjadi peserta Munas, juga sejumlah elite DPP Partai Golkar menyeting upaya pemenangan ARB. Di antaranya dengan cara menempatkan pimpinan Munas, juga mengakali tata tertib pemilihan, yang menekankan pasal 22 ayat (4) tata tertib berisi setiap pemilik suara hanya boleh membuat satu surat mendukung dan memilih ke satu calon ketum, dan harus memberikannya secara terbuka besok.
Rekaman ini juga menyebut bahwa upaya ini dilakukan untuk menghalau pihak-pihak yang tidak ingin ARB memimpin kembali.
"Sore ini saya terperanjat mendapatkan rekaman mirip suara nurdin halid. Kalau ini benar, ini mencederai keadilan sampai ke ubun-ubun kita," kata calon Ketua Umum Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, di Hotel Laguna di Nusa Dua, Bali.
"Rekaman ini membuat merinding bulu roma saya. Ini jauh dari tradisi Partai Golkar. Ini semakin menunjukan ada skenario orang perorang sebagai pemimpin baru Golkar," katanya.
Lebih lanjut Priyo mengungkapkan bahwa dirinya, sebetulnya, pernah mendapatkan cerita mirip dengan apa yang dibicarakan dalam rekaman itu. Di mana, DPD tingkat II mengalami intimidasi dalam Munas IX ini.
"Banyak ketua DPD II 'curhat', bahkan ada yang menangis karena suaranya tidak didengar. Kalau pun berkoar disuruh keluar dengan orang yang tangannya kekar," ujarnya.
Sementara itu, Nurdin Halid yang dikonfirmasi berkilah bahwa dirinya tidak mengetahui rekaman tersebut. Dia bahkan balik mempertanyakan keberadaan rekaman tersebut.
"Mana rekamannya, mana?" ujarnya.
Lebih lanjut Nurdin menjelaskan kalau dirinya memang sering melakukan rapat dengan DPD I. Tetapi, rapat tersebut berjalan normal, tanpa adanya keanehan.