Suara.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam, polisi, bekerjasama dengan Kayung Agro Lestari, sedang menyelidiki pihak yang bertanggung jawab atas tewasnya orangutan betina dewasa akibat luka tusukan yang ditemukan di daerah perbatasan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat pada tanggal 26 Juni 2014.
“Pekerja kami menemukan mayat orangutan di perbatasan antara daerah konsesi PT KAL dengan hutan Sungai Putri dan langsung melaporkan insiden tersebut kepada kepolisian setempat, BKSDA Kalimantan Barat, dinas konservasi dan perlindungan hutan yang bernaung di bawah Kementerian Kehutanan,” kata Direktur KAL Sucipto Maridjan, Selasa (25/11/2014).
Sejak itu, bersamaan dengan investigasi yang dilakukan oleh pihak yang berwenang, PT KAL juga melakukan investigasi internal dengan mewawancarai para pekerja dan anggota komunitas lokal yang mungkin berada di sekitar tempat kejadian ketika pembunuhan tersebut terjadi. Investigasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai para pelaku.
“Kami telah mewawancarai para pekerja, kontraktor dan anggota masyarakat setempat. Sejauh ini belum ada petunjuk kuat yang dapat mengarahkan kami kepada para pelaku yang telah melakukan tindakan yang mengerikan ini,” katanya.
Bangkai orangutan betina tersebut ditemukan di daerah perbatasan yang dikenal sebagai daerah pembalakan liar; aktivitas yang mengakibatkan menurunnya populasi orangutan dengan cepat.
Sucipto menambahkan bahwa KAL juga telah meminta bantuan dari International Animal Rescue Indonesia (YIARI) untuk membantu mengungkap kasus kematian orangutan ini.
“Karena mayat orangutan telah dimakamkan saat tim dokter hewan YIARI tiba, nekropsi (proses otopsi untuk hewan) tidak bisa dilaksanakan karena mayat telah terurai,” kata Program Manager YIARI, DR. Gail Campbell-Smith.
“Setelah pemeriksaan menyeluruh, dokter hewan mengidentifikasi orangutan tersebut berkelamin betina dan berusia sekitar 12 tahun,” katanya.
Orangutan tersebut ditemukan dengan luka trauma parah di bagian dada, muka dan tulang tengkorak yang cukup berat yang dapat menjadi penyebab kematiannya. Dokter hewan YIARI menyimpulkan orangutan ini dibunuh secara brutal.
“Kami tidak dapat memastikan sepenuhnya, namun bisa saja orangutan betina pada usia ini disertai oleh anaknya, dan mungkin orangutan ini dibunuh oleh pedagang binatang peliharaan yang menginginkan anak orangutan untuk dijual,” kata Campbell-Smith.
Namun demikian, tidak ada bayi orangutan yang ditemukan di sekitar tempat kejadian.
“Kami sangat prihatin dan sedih atas peristiwa ini dan kami akan terus melakukan segala upaya untuk membantu investigasi yang dilakukan oleh pihak yang berwenang dan YIARI untuk menemukan pihak yang bertanggung jawab, hingga ada berita lebih lanjut,” kata Sucipto.
“Daerah ini sudah menjadi habitat orangutan selama ribuan tahun. Oleh karena itu, penting sekali bahwa habitat orangutan ini dilindungi dengan baik meskipun terjadi modernisasi pada masyarakat sekitar,” katanya.
PT KAL dan induk usahanya PT ANJ terus aktif bekerja sama dengan YIARI dan BKSDA Kalimantan Barat untuk menciptakan area konservasi untuk orangutan di dalam daerah perkebunan KAL. Kerja sama ini termasuk manajemen mitigasi orangutan di dalam area perkebunan KAL, patroli gabungan dengan komunitas lokal untuk mendeteksi orangutan di dalam area hutan dan melaksanakan sensus populasi orangutan lokal serta mencegah perburuan liar yang membahayakan orangutan.