Begini Cara Warga Sleman Mengolah Sampahnya

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 20 November 2014 | 10:51 WIB
Begini Cara Warga Sleman Mengolah Sampahnya
Ilustrasi (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Seorang warga Dusun Kabunan, Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Agus Susanto berhasil mendirikan dan mengelola bank sampah. Kini ia memiliki ratusan nasabah dan berhasil  mengatasi masalah limbah rumah tangga.

"Selain dapat membantu mengatasi masalah sampah limbah rumah tangga, bank sampah ini juga memiliki nilai ekonomis dan bisa menjadi tambahan pemasukan warga," kata Direktur Bank Sampah Agus Susanto, Kamis (20/11/2014).

Menurut dia, awalnya pembuatan bank sampah ini karena rasa prihatinnya terhadap banyaknya sampah yang berserakan di sekitar lingkungan perumahannya.  Ia kemudian mencoba cari informasi mengenai bagaimana mendirikan tempat yang dapat menerima dan mengolah sampah rumah tangga. Agus mengatakan, dari informasi seorang temannya, ia kemudian mendapat ide untuk mendirikan bank sampah.

"Saya kemudian mengajak beberapa warga setempat untuk merintis bank sampah ini. Saya juga mendorong warga lainnya untuk ikut berperan aktif menjadi nasabah bank sampah," katanya.

Agus mengatakan, para nasabah ini nantinya akan bekerja mengumpulkan sampah rumah tangganya sendiri atau mengajak warga lainnya untuk mau turut serta.

"Saat ini kami telah memiliki sekitar 170 nasabah yang rutin menyetor sampah limbah rumah tangga," katanya.

Untuk mendukung kelancaran operasional, dirinya juga membuat gedung kantor yang representatif serta strruktur perusahaan layaknya sebuah bank komersial. Struktur kepengurusan kerja meliputi direktur, wakil direktur, sekretaris, bendahara, dan teller atau koordinator yang bertugas menerima limbah sampah dari warga.

Ia mengatakan, sampah yang diterima bank beragam seperti sampah plastik, logam bahkan kaca. Sampah-sampah yang diterima dari warga tersebut, kemudian didaur ulang menjadi berbagai barang yang memiliki nilai ekonomis.

"Limbah sampah rumah tangga tersebut kemudian didaur ulang untuk membuat berbagai asesoris seperti tas, kotak perhiasan, bross, bantal kursi dan lainnya," katanya.

Namun hingga ada beberapa jenis sampah yang belum bisa diolah, seperti sampah residu dan sampah diapers bayi atau dewasa. Sehingga berharap ada pihak yang bersedia membagi ilmunya untuk mendaur ulang sampah ini. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI