Suara.com - Partai Golkar dinilai perlu melakukan regenerasi kepemimpinan. Sebab, kepemimpinan saat ini, Aburizal Bakrie (Ical), dinilai tidak mampu membawa Golkar ke arah yang lebih baik.
"Regenerasi pada Golkar sebuah keharusan, karena terakhir ini terjadi kemampatan regenerasi. Beringin muda yang cerdas dan kritis tidak mendapatkan tempat yang subur karena sistem yang membuat mereka termarjinalkan," kata Pengamat Politik Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam acara diskusi di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta, Minggu (16/11/2014).
Dia menambahkan, Golkar saat ini memerlukan pemimpin dari generasi muda. Hal itu ditujukan supaya bisa merangkul pemilih muda nantinya.
"Ini penting untuk Golkar. Makin lama pemilih kita makin muda dan sedikit yang di atas 50. Kalau Ketum Golkar terlalu tua nanti gagal menyapa pemilih yang lebih muda," tambahnya.
Selain itu, Burhanunddin menyinggung soal prestasi Ical dalam memimpin partai berlambang beringin ini. Menurutnya, selama proses Pemilu kemarin, kegagalan Ical sangat banyak. Mulai dari suara dalam pemilihan legislatif, hingga gagalnya dia menjadi calon presiden.
"Suara Partai Golkar itu turun, dari 106 di 2009, sekarang tinggal 91 kursi, jadi turun tajam. Kemudian, dia gagal menjadikan dirinya sebagai capres. Jadi cawapres pun tak laku. Padahal ketua umum partai terbesar kedua," terang Burhanuddin.