Suara.com - Setidaknya sudah 13 perempuan dilaporkan meninggal, sementara puluhan lainnya masih dalam kondisi sakit yang parah, usai menjalani tubektomi atau operasi sterilisasi secara gratis. Peristiwa ini, sebagaimana dilaporkan Associated Press (AP), terjadi di daerah Bilaspur, India.
Seperti diberitakan, sebanyak 83 perempuan yang semuanya merupakan warga desa di negara bagian Chhattisgarh, menjalani prosedur operasi pemotongan saluran indung telur untuk mencegah kehamilan itu pada Sabtu (8/11/2014) lalu. Operasi ini merupakan bagian dari program sterilisasi gratis pemerintah setempat. Semua menjalani operasi dengan lancar dan sudah langsung pulang malam itu juga.
Namun nyatanya, puluhan perempuan belakangan menderita sakit dan harus dilarikan dengan ambulans ke beberapa rumah sakit (RS) di Bilaspur, kota terdekat. Malangnya, sebagaimana keterangan Siddharth Komal Pardeshi selaku pejabat senior setempat, setidaknya hingga Rabu (12/11) pagi, sebanyak 11 perempuan harus menghembuskan napas terakhir.
Wakil Direktur Kesehatan Wilayah Chhattisgarh, Amar Singh, mengungkapkan bahwa penyebab kematian kemungkinan adalah keracunan darah atau juga hemorrhagic shock yang biasa muncul saat seseorang kehilangan banyak darah. Meski begitu, hasil awal otopsi disebut baru akan diumumkan secara resmi hari ini.
Sementara itu, sebagaimana dilaporkan Reuters, ada indikasi bahwa penyebab kematian dan sakitnya puluhan perempuan itu adalah karena peralatan operasi yang kotor bahkan berkarat, serta obat yang terkontaminasi. Dalam laporan itu pula disebut bahwa jumlah korban meninggal sudah mencapai 13 orang.
"Laporan awal menunjukkan bahwa obat-obatan yang diberikan sudah tidak seperti aslinya (tercemar) dan juga peralatan yang digunakan sudah berkarat," ungkap Komal Pardeshi pula kepada Reuters.
Dilaporkan pula oleh AP bahwa sebanyak 20 perempuan lainnya masih harus dirawat di unit gawat darurat. Demi merespons kejadian itu, satu tim dokter pun telah dikirim oleh pemerintah pusat India ke Bilaspur, demi membantu penanganan para korban.
"Kondisi mereka sangat serius. Tekanan darah mereka rendah," ungkap dr Ramesh Murty di RS CIMS, salah satu fasilitas medis di mana para perempuan itu dirawat. "Kami saat ini berkonsentrasi merawat mreak, bukan mengungkap penyebabnya," sambungnya.
India diketahui memiliki salah satu angka sterilisasi perempuan tertinggi di dunia, yaitu sebanyak 39 persen (perempuan), dibanding Cina yang sekitar 29 persen. Angka ini berdasarkan data statistik tahun 2006 yang dilaporkan PBB. Pemerintahnya sendiri menyatakan bahwa sepanjang 2011-2012, sebanyak 4,6 juta perempuan India menjalani sterilisasi atau tubektomi.
Sehubungan dengan kasus ini, kalangan aktivitis India segera menyalahkan skema insentif (pembayaran) dalam program ini, demikian juga kuota sterilisasi yang ditetapkan pemerintah. Hal itu menurut mereka membuat pejabat kesehatan setempat mendesak pasien untuk menjalani operasi ketimbang menganjurkan model kontrasepsi lain.
"Para perempuan ini telah menjadi korban lantaran pendekatan berorientasi target dalam (program) pengendalian penduduk," tegas Brinda Karat dari Asosiasi Perempuan Demokratis India. [AP/Reuters]