Menanggapi penawaran Trengono itu, saya menjawab "Saya punya uang Rp 4 juta di ATM BCA. Saya tidak punya credit line miliaran dollar Amerika seperti Mas Trenggono, tapi maaf, saya tidak butuh apa-apa".
Mendengar jawaban saya, Trenggono langsung berdiri sambil memekikan "Allahu Akbar!" sambil memeluk saya, Mas Trenggono mengatakan "Inilah Saudara saya yang saya cari-cari selama ini".
Itulah sekelumit fakta awal pertemuan saya dengan Trenggono dan tak lama kemudian dengan Abdul Satar, yang merupakan mitra Trenggono. Dari pertemuan di Opal Cafe, Tebet Green, Jakarta Selatan, terjadilah hubungan 'persaudaraan' antara saya dengan Mas Trenggono dan Abdul Satar, hingga hari ini.
Pertemuan berikutnya intens terjadi, di mana dari puluhan kali pertemuan kami terutama di kantor Mas Trenggono dan Satar MT Building Jl.MT Haryono, Trenggono dan Satar mengajak kami untuk mendirikan media online ASATUNEWS yang pada awalnya direncanakan Trenggono dan Satar harus dapat mengaahkan kompetitor seperti Detik.news, Vivanews dan lain-lain. Saya, Hari dan Abdullah Rasyid diminta untuk membantu terwujudnya rencana itu.
Satar dan Trenggono berulang kali mengatakan bahwa mereka ingin membesarkan Asatunews yang baru berdiri itu. Berapapun biayanya akan mereka siapkan. Dalam dua tahun Asatunews harus mampu mengalahkan detik.news dan dalam 5 tahun akan mengalahkan Vivanews.
Dalam berbagai meeting mengenai perusahaan PT Asatu Media Perdana Bangsa, Trenggono dan Satar selalu mengulangi ambisi mereka tersebut. "Asatunews harus bisa menjadi holding company di mana berbagai perusahaan media dan media content berada di dalamnya". Kalimat ini selalu diulang-ulang oleh Trenggono dan Satar. Termasuk rencana pendirian media televisi nasional yang nantinya berada di dalan Holding Company Asatunews.
Konsekuensinya, kami diminta untuk mencari staf redaksi terbaik di Indonesia. Kami diminta untuk membentuk organisasi perusahaan yang lengkap secepatnya. Untuk kantor asatunews, Trenggono dan Satar menyewakan sebuah rumah berlantai dua di Jalan Tebet Barat Dalam V Nomor 26 Tebet Jakarta Selatan. (Tempat Kejadian Perkara/ TKP rekayasa kasus "pemerasan' oleh Edi Syahputra terhadap PT Telkom disebutkan terjadi. Sebuah kasus yang saya tahu persis adalah rekayasa dari pihak Telkom sendiri, dengan memberikan laporan palsu atau keterangan tak benar kepada Polda Metro Jaya.
Atas permintaan Trenggono dan Satar yang berulang-ulang ditekannya, organisasi Asatunews yang baru berdiri menjadi gemuk. Susunan organisasi redaksi dan perushaan hampir sempurna. Namun, konskuensinya, biaya operasional menjadi besar sedangkan pendapatan terutama iklan belum ada. Trenggono dan Satar selalu menekankan biaya tidak menjadi masalah. Berapapun akan disiapkan, yang penting rencana menjadikan Asatunews terbesar dapat terwujud.
Namun, kenyataannya pada bulan ketiga dan seterusnya, Trenggono dan Satar selalu mentransfer atau memberikan biaya operasional kurang dari seharusnya, juga sering terlambat yang mengakibatkan karyawan tidak nyaman bekerja dan satu per satu keluar dari Asatunews karena gaji sering terlambat. Meski begitu, kami dipaksa untuk merekrut staf baru lagi.
Kondisi ini berlangsug terus-menerus hingga utang perusahaan kepada banyak pihak menumpuk termasuk kepada karyawan sendiri seperti Santika yang mencapai Rp. 50 juta dan kepada karywan lain (utang gaji dll ratusan juta rupiah).