Lelaki Ini Tipu Belasan Perempuan Kesepian Rp15 M

Sabtu, 01 November 2014 | 21:01 WIB
Lelaki Ini Tipu Belasan Perempuan Kesepian Rp15 M
Ilustrasi perempuan dan kencan di internet. Boks: Maurice Asola Fadola. [Shutterstock/Syda/ Mirror/PA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah besar perempuan kesepian, sebagian besar di antaranya adalah para janda, harus merasakan pahitnya ditipu oleh seseorang asing yang dikira sudah bisa menjadi teman dekat, bahkan mungkin calon pasangan hidup. Bukannya romantisme atau pasangan hidup yang didapat, lelaki yang mereka kenal secara terpisah di sebuah situs kencan online itu ternyata malah "menyedot" uang mereka hingga total belasan miliar rupiah.

Kejahatan itu dilakukan oleh seorang warga negara Ghana, bernama Maurice Asola Fadola. Salah satu modus utama Fadola adalah dengan mengaku sebagai seorang mayor jenderal asal Amerika Serikat (AS) --tentunya dengan foto profil palsu. Dengan sedikit kemampuan merayu, plus juga kiriman puisi dan rangkaian bunga di momen ulang tahun beberapa perempuan, dia berhasil meraup total sekitar 800.000 pound sterling (Rp15 miliar lebih) dari tak kurang 19 perempuan Inggris.

Fadola sendiri akhirnya kini sudah divonis bersalah, serta akan menjalani hukuman lima tahun penjara di negeri asalnya. Dia juga diharuskan mengembalikan semua harta yang sudah diambil dari para korbannya. Dalam kasusnya yang sudah dikembangkan sejak tiga tahun terakhir dan disidangkan sejak 2012, itu Fadola diyakini sengaja menyasar para perempuan di kawasan Inggris, Prancis, Swedia, juga Italia dan AS. Dia divonis bersalah atas lebih dari 20 kejahatan.

Di antara 19 perempuan asal Inggris, Katherine Clark yang berusia 71 tahun adalah salah satunya. Nenek asal Southsea, Hampshire, ini termasuk yang diterbangkan ke Ghana untuk bersaksi dalam persidangan atas kejahatan Fadola.

Clark telah kehilangan suaminya lebih dari 30 tahun lalu, sebelum akhirnya mengenal Fadola (dengan profil samarannya) di internet. Dalam kasusnya, sang penipu mengaku sebagai seorang kontraktor bernama Bruce yang tinggal di London. Clark pun mengaku terus terang segera terpesona dengan sosok "Bruce".

"Dia membuatku merasa hebat, membuatku merasa diinginkan, dan bahwa dia adalah seseorang yang tulus. Perasaan itu terasa menyenangkan," tuturnya kepada Sky News dalam satu kesempatan beberapa waktu lalu, sebagaimana dikutip situs Mirror.co.uk.

Kepada Clark, "Bruce" lantas mengaku pindah ke Ghana, di mana menurutnya dia hendak berinvestasi di sebuah perusahaan tambang. Dia pun meminta bantuan dana dari Clark untuk kepentingan itu. Yang menarik, Clark lantas sempat terbang ke Ghana, berjumpa Fadola yang menyamar sebagai sopir "Bruce", yang mengantarnya sampai ke kediaman mewah "Bruce" yang sesungguhnya.

Rumah mewah di kawasan pinggiran Accra, ibu kota Ghana, itu sendiri dibuat dan dibiayai sehari-harinya menggunakan uang hasil penipuan Fadola. Di tempat itu pulalah aparat hukum akhirnya menemukan dan menangkap Fadola. Sang penipu sendiri akhirnya ketahuan ketika sempat berusaha mendapatkan visa Inggris, di mana identitasnya dicurigai oleh Agensi Kejahatan Inggris yang tengah mengusut kasus seorang perempuan difabel yang harus menjual rumahnya dan diminta mengirimkan uang ke Ghana.

Dena White, janda berusia 57 tahun asal East Yorkshire, adalah salah satu korban lainnya dari Fadola. Dalam kasus White, sang penipu mengaku bernama Steve Moon, seorang personel militer yang lantas mengatakan butuh uang untuk memenangkan kasus "pertikaian medali perang"-nya. Kepada White, "Moon" mengaku tak bisa mengakses uangnya sendiri karena tengah bertugas di Irak. White akhirnya menggadaikan rumahnya dan lantas mengirimkan uang sebesar 50.000 pound (hampir Rp1 miliar) kepada penipu itu.

Seperti diceritakan White, mereka berdua pada saat itu terasa sudah bak pasangan kekasih yang senantiasa berkomunikasi romantis. Percakapan via fasilitas chatting di internet bahkan sampai mereka lakukan berjam-jam setiap harinya. Sementara, meski dia mengaku tetap berusaha berhati-hati, White memandang tak ada yang mencurigakan baginya dari semua tindak-tanduk "Moon" saat itu.

"Tentu saja saya berusaha berhati-hati, tapi semua yang dia katakan padaku terlihat seolah sudah benar adanya," ungkap White, sebagaimana dikutip Daily Mail, belum lama ini.

"Dia juga kerap mengirimkan puisi untukku. Kedengarannya mungkin seperti tak masuk akal, tapi kami saat itu rasanya sedang saling jatuh cinta," tuturnya pula. [Mirror]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI