Demonstran Bakar Parlemen Burkina Faso

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 31 Oktober 2014 | 01:38 WIB
Demonstran Bakar Parlemen Burkina Faso
Para demonstran saat membakar Parlemen Burkina Faso, Kamis (30/10/2014), waktu setempat. (Sumber: Al Jazeera and agencies)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Prancis menyerukan Burkina Faso untuk tenang dan menahan diri setelah para demonstran mengamuk marah atas rencana Presiden Blaise Compaore memperpanjang kekuasaan yang membakar gedung parlemen.

"Kami menyerukan untuk kembali, untuk tenang dan menyerukan semua pihak untuk menahan diri," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri pada Kamis (30/10/2014), waktu setempat.

Juru bicara itu mengatakan bahwa Prancis "memberikan perhatian besar" pada kerusuhan di bekas negara jajahannya itu. "Kami menyesalkan kekerasan yang terjadi di dalam dan sekitar parlemen," tambah juru bicara itu.

Kementerian itu mengatakan ada sekitar 3.500 warga Prancis di negara Afrika Barat itu dan bahwa para pejabat kedutaan "dalam kontak permanen dengan masyarakat Prancis untuk memberitahu mereka tentang bagaimana situasinya berkembang".

Menurut laporan Reuters dari Ouagadougou, ribuan pengunjuk rasa menyerbu gedung parlemen Burkina Faso dan membakar gedung itu Kamis, menjelang pemungutan suara untuk mosi yang akan memungkinkan presiden ikut bertanding dalam pemilihan ulang.

Massa kemudian bergerak menuju kantor perdana menteri sementara helikopter pemerintah berputar-putar di atas dan menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa, kata saksi mata.

Para legislator akan melakukan pemungutan suara pada Kamis, rencana yang diajukan pemerintah untuk mengubah konstitusi yang akan membolehkan Presiden Blaise Compaore bertanding dalam pemilu ulang tahun depan. Ia seharusnya tidak ikut pemilu lagi karena batas maksimal memerintah hanya dua periode.

Sebagian besar perwakilan belum tiba saat pendemo memasuki bangunan itu. "Kami melakukan ini karena Blaise mencoba berkuasa terlalu lama, Kami sudah lelah menghadapi dia," kata Seydou Kabre, salah satu pendemo yang juga tengah bergerak menuju kantor perdana menteri.

"Kami ingin perubahan. Dia harus pergi!" Pengunjuk rasa menduduki gedung parlemen setelah polisi mulai melepaskan tembakan ke udara untuk membubarkan mereka. Saksi mata mengatakan saat massa semakin bertambah, polisi dipaksa mundur. (Antara/AFP)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI