Suara.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana segera melakukan "water bombing" atau pengeboman air di sekitar Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan, untuk memadamkan titik api di sekitar lokasi tersebut.
Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB, Harmensyah, pada pertemuan bersama DPD RI, Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin, Muspida dan beberapa pihak terkait di Banjarmasin, Selasa (21/10/2014), mengungkapkan, kabut asap di Bandara Syamsudin Noor dan sekitarnya kini cukup parah.
"Mengatasi kabut asap di sekitar bandara tersebut, dalam waktu satu hingga dua hari ke depan, kita akan lakukan pengeboman air," katanya.
Pengeboman tersebut dilakukan dengan helikopter N171 yang kini sudah ada di bandara, dan dipersiapkan untuk segera dioperasikan mengatasi kabut asap.
Selain di sekitar bandara, pengeboman juga akan dilakukan di sekitar wilayah Kabupaten Banjar, yang merupakan daerah penyumbang titik api terbanyak di Kalsel.
Anggota DPD RI Habib Abdurahman mengatakan, kabut asap di sekitar Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin sudah cukup parah, bahkan pada Selasa pagi, seluruh pesawat yang akan berangkat dari bandara tersebut, terpaksa ditunda.
"Seluruh penerbangan di Kalsel hari ini tertunda akibat kabut asap, kondisi ini harus segera mendapatkan penanganan lebih cepat," katanya.
Habib mendorong agar pemerintah provinsi dan daerah, segera mengusulkan program pencegahan dan penanggulangan bencana ke pusat, dan melengkapi seluruh peralatan yang diperlukan untuk menangani terjadinya bencana.
"Kita akan bantu memperjuangkan ke pemerintah pusat, sehingga jangan sampai bencana tahunan ini selalu terulang," katanya.
Peralatan penanggulangan bencana, kata dia, sangat penting untuk segera dilengkapi, untuk mencegah terjadinya bencana yang berkepanjangan.
Menurut Habib, bantuan penanggulangan bencana yang hanya Rp1 miliar lebih, sangatlah sedikit, bila dibandingkan dengan sumber daya alam yang telah dikeruk oleh pemerintah pusat.
"Rp1 miliar, bila dibagi 13 kabupaten dan kota di Kalsel, tentu sangat sedikit, sementara jumlah bencana yang terjadi cukup besar," katanya.
Selama Oktober, jumlah titik api di Kalsel mengalami peningkatan cukup signifikan, seperti yang terjadi pada 1-6 Oktober, terdapat titik api antara 10-90 titik api per hari, kemudian selanjutnya menjadi 40-50 titik api.
Setelah terjadi peningkatan, pernah juga mengalami penurunan hanya tinggal lima titik api, yang ternyata kendali hanya lima titik api, jangkauan wilayah yang terbakar cukup luas, bisa mencapai 100 hektare, sehingga sedikit banyak titik api harus selalu diwaspadai.
Sebelumnya, Harmensyah mengungkapkan, selain melakukan penanganan bencana, sosialisasi dan pencegahan juga tidak kalah penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengungkapkan, berbagai upaya telah dilakukan, namun bila ternyata upaya tersebut belum berhasil, itu sudah di luar kemampuan manusia.
"Kita boleh memanfaatkan modifikasi cuaca dengan menggunakan teknologi canggih, namun Tuhan juga yang akan menentukan hasilnya," katanya. (Antara)