Derita Perempuan yang Jatuh Cinta pada Presiden

Selasa, 21 Oktober 2014 | 15:43 WIB
Derita Perempuan yang Jatuh Cinta pada Presiden
Monica Lewinsky, yang diisukan selingkuh dengan Bill Clinton. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Monica Lewinsky, mantan karyawan magang Gedung Putih yang diisukan selingkuh dengan Bill Clionton, Presiden Amerika Serikat (AS) kala itu, kembali bersuara. Kali ini, perempuan yang mengaku melakukan sembilan aktivitas seksual dengan Clinton, mengaku bahwa dirinya jatuh cinta dengan lelaki beristri itu.

Hal itu ia ungkap dalam pidato di sebuah konferensi yang dihelat majalah bisnis Forbes. Sambil berurai air mata, Lewinsky "curhat" soal betapa sakitnya dipermalukan dan jadi bulan-bulanan media.

Ini adalah kali pertamanya perempuan berusia 41 tahun itu memberikan pidato di depan publik sejak rumor hubungan terlarangnya dengan Clinton marak diberitakan pada pertengahan hingga akhir tahun 90an. Lewinsky mengatakan, dirinya menentang budaya internet yang tak segan menyerang orang-orang bermasalah.

Lewinsky menyebut, ia adalah orang pertama yang reputasinya dihancurkan lewat internet. Ia juga sedikit membeberkan perasaannya terhadap mantan orang nomor satu di AS itu.

"Saya jatuh cinta dengan atasan saya selama sekitar 22 tahun," tuturnya.

"Namun (yang jadi masalah), atasan saya adalah Presiden Amerika Serikat," lanjutnya.

"Pada tahun 1995 kami memulai hubungan perselingkuhan, pasang surut, selama dua tahun. Dan ketika itu, (hubungan) itu adalah segalanya bagi saya. Anda bisa bilang, itu adalah kenangan manis dalam hidup saya. Namun, yang membuatnya jadi buruk adalah bagian di mana hubungan kami terbongkar ke masyarakat. Masyarakat yang penuh dendam," ujar Lewinsky.

Lewinsky adalah pegawai magang Gedung Putih saat perselingkuhan itu bermula. Perempuan itu sudah berusia 25 tahun saat skandal itu terungkap ke publik dan hampir mengkandaskan karier Clinton sebagai presiden AS.

Menurut Lewinsky, skandal itu terjadi bertepatan dengan mulai maraknya media sosial dan internet yang berkembang pesat. Lewinsky selalu merasa terintimidasi setiap saat dirinya melihat pemberitaan yang, menurutnya, melenceng dari fakta.

"Ya Tuhan, dan saya tidak percaya apa yang mereka muat (di internet). Itu sangat keluar dari konteks. Dan ada kalimat yang selalu berulang-ulang terdengar di kepala saya: saya ingin mati," kenangnya.

Kini, Lewinsky mengabdikan dirinya untuk mencoba mengubah budaya internet yang menurutnya tiada henti mempermalukan orang di depan umum. Keinginan itu muncul menyusul kematian Tyler Clementi, seorang mahasiswa homoseksual yang bunuh diri setelah rekaman video seksnya beredar di internet. (Telegraph)

REKOMENDASI

TERKINI