Suara.com - Serena Shim, seorang jurnalis televisi milik pemerintah Iran, Press TV, tewas dalam sebuah kecelakaan mobil di Suruc, sebuah tempat dekat perbatasan Turki dengan Suriah, hari Minggu (19/10/2014). Jurnalis yang kerap tampil dengan hijab itu meninggal beberapa hari setelah dituduh sebagai mata-mata asing.
Kecelakaan yang merenggut nyawa Serena terjadi di lokasi yang sedang dilanda peperangan antara Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan pasukan Kurdi. Tempat itu tak jauh dari Kobani, kota yang sebagian sudah dikuasai oleh kelompok radikal ISIS.
Kepada Press TV, pihak keluarga tidak percaya jika Serena tewas akibat kecelakaan mobil yang wajar. Mereka menduga pemerintah Turki terlibat dalam kematiannya.
Laporan Press TV, keberadaan supir truk yang menghajar mobil Serena hingga kini belum diketahui. Sementara itu, surat kabar Turki, Hurriyet, mengatakan bahwa si supir truk yang tak disebutkan namanya itu sudah ditangkap di lokasi kecelakaan.
Hari Jumat, atau tepatnya dua hari sebelum kecelakaan, Serena mengatakan kepada atasannya bahwa badan intelijen Turki menuduh dan mengancamnya melakukan pengintaian. Serena mengaku takut jika dirinya nanti ditangkap.
Press TV mengatakan, intel Turki menuduhnya sebagai mata-mata. Diduga, tuduhan itu diarahkan padanya, menyusul pemberitaan Serena terkait sikap pemerintah Turki terhadap ISIS. Baru-baru ini, Serena menuduh pemerintah Turki membantu ISIS dengan cara mengerahkan tentaranya masuh ke Suriah, melawan pasukan Kurdi yang mati-matian menahan laju ISIS.
Jurnalis asal Lebanon itu meliput di kampung halamannya Lebanon, Irak, Ukraina, dan Mesir. Serena meninggalkan seorang suami dan dua orang anak. (Independent/Reuters)