Suara.com - Perdana Menteri (PM) Belanda, Mark Rutte, akan mengunjungi Malaysia dan Australia pada bulan depan untuk membahas penyelidikan jatuhnya pesawat Malaysia dengan penerbangan MH17 di wilayah timur Ukraina yang dikuasai pemberontak.
Dalam kunjungannya, yang akan berlangsung pada 5 hingga 7 November, Rutte akan menemui mitranya PM Malaysia Najib Razak, sebelum melakukan pertemuan dengan PM Australia Tony Abbott, demikian diumumkan lembaga penyedia informasi pemerintah Belanda (RVD).
Rutte akan membahas "kerja sama dalam hal penyelidikan tragedi MH17" dengan kedua pemimpin serta menyampaikan penghargaannya terhadap dukungan yang diberikan kedua negara tersebut, tambah lembaga itu.
Belanda saat ini memimpin penyelidikan terhadap jatuhnya pesawat milik maskapai penerbangan Malaysia Airlines pada 17 Juli tersebut. Belanda kehilangan 193 warga negaranya dalam tragedi itu.
Sebanyak 43 warga Malaysia serta 27 warga Australia juga menjadi korban tewas ketika pesawat tersebut jatuh di wilayah yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur.
Kiev dan Barat menuduh para separatis pro-Rusia sebagai pihak yang menembak jatuh pesawat dengan menggunakan sistem peluru kendali yang dipasok Rusia.
Tuduhan itu dibantah oleh Moskow.
Adapun badan intelijen Jerman menuding bahwa para pemberontak menjatuhkan pesawat jet itu menggunakan sistem peluru kendali yang mereka rebut dari pasukan pemerintah Ukraina, kata laporan media, Minggu.
Sebuah laporan awal, yang dibuat oleh para penyelidik Belanda dan diterbitkan bulan lalu, menemukan bahwa jet tersebut dihantam oleh benda-benda "dengan energi tinggi" namun tidak menyebutkan pihak mana yang dianggap bersalah. (Antara)