Video Kekerasan Siswa SD Kembali Beredar

Achmad Sakirin Suara.Com
Rabu, 15 Oktober 2014 | 17:20 WIB
Video Kekerasan Siswa SD Kembali Beredar
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Video penganiayaan terhadap seorang siswa Sekolah Dasar kembali beredar di Temanggung, Jawa Tengah. Adegan penganiayaan itu berdurasi dua menit 27 detik.

Berdasarkan keterangan sejumlah warga di Temanggung, Rabu (15/10/2014), tindak kekerasan oleh sejumlah siswa tersebut diduga terjadi di SD Negeri 1 Pringsurat Kabupaten Temanggung, dengan korban Joan Choirulisandi (10).

Orangtua korban, Wasiyanto (35) warga Krajan, Kecamatan Pringsurat, membenarkan adegan dalam video tersebut menimpa anaknya yang duduk di bangku kelas IV SD Negeri 1 Pringsurat.

Menurut dia, kejadian tersebut berlangsung pada April 2014, pelakunya empat orang, satu teman sekelas, dan tiga lainnya adalah kakak kelas. Hanya dua pelaku yang dia tahu identitasnya, yakni YS dan DK.

Ia mengatakan meskipun mengetahui kejadian kekerasan yang menimpa anaknya, dia tidak berani memperkarakan lebih jauh kasus tersebut, dan hanya diselesaikan secara kekeluargaan.

Menurut dia, anak kandungnya berkelahi satu lawan satu dengan teman satu kelasnya, namun selang sepekan setelah mendapatkan video kejadian tersebut, dia terkejut karena anaknya mendapat perlakuan kekerasan dari teman-temannya.

"Pada waktu itu anak saya luka memar di sekitar kepala, setahu saya berkelahi ternyata dikeroyok, ini sangat kejam. Anak saya menceritakan bahwa saat itu dia sedang duduk tiba-tiba dipukuli, kemudian dipegang teman-teman yang melakukan penganiayaan dan kepalanya dibentur-benturkan ke tembok, setelah itu dipaksa masuk ke kelas dengan cara diseret," katanya.

Setelah mengetahui kejadian sebenarnya, dia mengadu ke pihak sekolah, namun tidak ada tanggapan dari sekolah. Bahkan yang lebih memprihatinkan, anaknya mendapatkan intimidasi setelah mengetahui pihaknya akan melaporkan lebih jauh kasus tersebut.

"Salah satu guru di sekolah tersebut justru mengatakan kasus ini dapat mencemarkan nama baik sekolah, padahal jelas-jelas anak saya menjadi korban, mereka seolah tutup telinga," katanya.

Ia mengatakan dirinya menempuh jalur damai dengan kesepakatan orang tua pelaku menanggung biaya pengobatan korban. Namun, kesepakatan damai ini seolah-olah hanya dipandang remeh dengan tidak adanya permintaan maaf dari pihak pelaku.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI