Polisi Penghajar Demonstran Hongkong Akan Dipecat

Ruben Setiawan Suara.Com
Rabu, 15 Oktober 2014 | 12:31 WIB
Polisi Penghajar Demonstran Hongkong Akan Dipecat
Seorang polisi anti huru-hara tampak berteriak dalam aksi demonstrasi pro-demokrasi yang berakhir dengan bentrok di Hongkong ,(14/10). (Reuters/stringer)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Otoritas Hongkong berjanji akan mencopot para polisi yang terbukti melakukan kekerasan terhadap demonstran pro-demokrasi hari Rabu (15/10/2014) dini hari di terowongan Admiralty, Hongkong. Dalam sebuah tayangan televisi, seorang demonstran tampak menjadi bulan-bulanan sejumlah aparat kepolisian.

Adalah TVB, televisi yang menayangkan tindakan represif aparat kepolisian tersebut. Dalam tayangan, para polisi tampak menendang dan memukuli seorang demonstran selama beberapa menit, sebelum kemudian menyeretnya ke sebuah sudut gelap tak jauh dari lokasi bentrokan.

Menteri Keamanan Hongkong Lai Tung-kwok, dalam sebuah konferensi pers, mengatakan bahwa polisi akan menyelidiki dugaan penggunaan yang berlebihan dalam menangani para demonstran. Ia juga berjanji mencopot para aparat yang terbukti melakukan kekerasan dalam video tersebut.

Bentrokan terjadi di terowongan Admiralty, terowongan empat jalur yang merupakan akses utama menuju pusat niaga Hongkong. Sejak Selasa (14/10/2014) malam, demonstran memblokade terowongan tersebut dengan berbagai benda, termasuk bongkahan beton.

Polisi anti huru-hara dikerahkan untuk membongkar blokade dan membubarkan massa. Sedikitnya ada 45 demontran yang diamankan oleh petugas. Polisi bahkan menggunakan semprotan merica untuk melumpuhkan mereka yang melawan.

Gelombang unjuk rasa yang pecah di Hongkong ditujukan untuk menuntut demokrasi penuh atas bekas koloni Inggris tersebut. Pasalnya, sejak diserahkan kepada Cina, pemerintah negeri tirai bambu memberlakukan sejumlah pembatasan, termasuk pembatasan dalam hal memilih pemimpin Hong Kong yang dijadwalkan berlangsung pada tahun 2017. Para demonstran bahkan menuntut agar Leung Chun-ying pemimpin Hongkong, mundur dari jabatannya. (Reuters)

REKOMENDASI

TERKINI