Suara.com - Hari ini, 93 tahun silam, Hoegeng Imam Santoso lahir di Pekalongan, Jawa Tengah. Hoegeng adalah polisi Indonesia yang dikenal jujur dan anti-suap.
Saking jujurnya, almarhum mantan presiden RI ketiga, Gus Dur, pernah melontarkan kelakar yang kocak namun juga menohok. "Hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia, yakni patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng", demikian kata Gus Dur semasa masih hidup. Apa yang dilontarkan Gus Dur sebenarnya merupakan bentuk sindiran bagi oknum-oknum kepolisian RI yang masih bisa "dibeli".
Saat kecil, Hoegeng termasuk salah satu anak Indonesia yang beruntung, karena bisa mengenyam pendidikan di sekolah formal bentukan Belanda. Di masa pendudukan Jepang, Hoegeng juga mendapat latihan kemiliteran. Kariernya di kepolisian diawali dengan menjadi Wakil Kepala Seksi II Jomblang Semarang. Integritas, ketegasan, dan kejujurannya membawanya menduduki posisi-posisi penting, hingga puncaknya menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia pada tahun 1968.
Banyak kisah menarik dalam perjalanan karier lelaki yang piawai bermain alat musik ukulele itu. Salah satunya adalah ketika dirinya menangani kasus penyelundupan yang melibatkan seorang pengusaha cantik. Berbagai tipu muslihat, termasuk mengirimi hadiah-hadiah mahal untuk Hoegeng dilakukan perempuan tersebut demi melepaskan dirinya dari jeratan hukum. Seperti karang yang kokoh walau dihantam ombak, Hoegeng bergeming, tak seperti sejumlah koleganya yang belakangan ketahuan menerima suap dari si perempuan.
Ketika bertugas di Medan, Hoegeng dihadapkan pada kondisi yang mirip, bahkan lebih parah. Ia didekati para bandar judi kaya kota itu agar usaha ilegal mereka tidak diberantas. Namun, seperti biasanya, Hoegeng tak tergoda suap barang-barang mewah yang bahkan langsung diantar ke rumah dinasnya. Ia menunjukkan bahwa dirinya bukan polisi, jaksa, dan tentara yang bisa dibayar untuk melindungi bisnis kotor mereka dari tangan hukum.
Kasus Sumarijem, penjual telur ayam asal Godean, Yogyakarta, yang diduga diperkosa anak pejabat merupakan kasus yang boleh dikata menjadi perjuangan terakhir seorang Hoegeng di Kepolisian RI. Hoegeng demikian getolnya mengusut kasus yang ganjil dan berusaha ditutup-tutupi oleh orang-orang kuat di pemerintahan. Namun, sekuat-kuatnya upaya Hoegeng membongkar kasus itu, dirinya tak kuasa melawan tangan penguasa yang menginginkan kebenaran tertutup rapat. Pelaku sebenarnya tak pernah tertangkap dan Hoegeng pun dipensiunkan dini dari jabatannya.
Dalam sebuah buku yang ditulis Suhartono, disebutkan bahwa uang pensiunan Hoegeng tak lebih dari Rp10.000. Baru berpuluh-puluh tahun kemudian ada penyesuaian sehingga dinaikkan menjadi Rp1 juta, itupun tiga tahun sebelum dirinya wafat karena stroke di usia 82 tahun pada tanggal 14 Juli 2004.
Kisah Kapolri yang tak segan turun ke perempatan untuk mengatur lalu lintas ini serasa tak pernah terlalu usang untuk diceritakan kembali. Justru, keteguhan hatinya melawan tradisi suap-menyuap akan selalu mengingatkan kita bahwa kita patut berharap, bahkan layak menuntut agar kejujuran menjadi tradisi lembaga penegak hukum di negeri kita.
Simak juga tokoh-tokoh dengan kisah hidup yang luar biasa:
Iriana Widodo, Sosok "Ndeso" yang Dicinta Jokowi
Gus Dur, Bapak Pluralisme Indonesia
Nelson Mandela, "Bapak Bangsa" Pecinta Batik Indonesia
Ayatollah Khamenei, Sebut Israel Sebagai "Kanker"
Benito Mussolini, Luar Biasa Benci Pada Yahudi
Barack Obama, Presiden yang Suka "Selfie"