Suara.com - Partai Persatuan Pembangunan dinilai menanggung kerugian besar pascapenetapan paket pimpinan MPR periode 2014-2019, Rabu (8/10/2014).
"Yang rugi itu PPP karena mengutamakan jabatan daripada kehormatan. Mengutamakan harga diri daripada kehormatan," kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok kepada Suara.com.
PPP adalah anggota Koalisi Merah Putih. Tetapi karena wakil mereka, Hasrul Azwar, tidak diakomodir dalam paket pimpinan MPR oleh koalisi tersebut, PPP bergabung ke Koalisi Indonesia Hebat.
Hasil voting pemilihan pimpinan MPR dini hari tadi, akhirnya dimenangkan oleh Koalisi Merah Putih. Paket B yang mereka sodorkan berhasil meraih 347 suara, selisih 17 suara dengan paket A yang diajukan Koalisi Indonesia Hebat dengan raihan 330 suara. Paket B terdiri dari Zulkifli Hasan (PAN) sebagai Ketua MPR. Sedangkan empat calon wakil ketuanya, Mahyudin (Golkar), EE Mangindaan (Demokrat), Hidayat Nur Wahid (PKS), dan Oesman Sapta dari kelompok DPD.
Mubarok mengatakan kesetiaan kepada Koalisi Merah Putih merupakan kehormatan, sedangkan jabatan hanyalah hanya harga diri yang belum tentu berharga.
"PPP rugi besar. Dia jadi diragukan kesetiaannya hanya untuk kepentingan," kata Mubarok. "Karena kurang integritas moralnya. Mendingan netral, daripada ikut."
Pascapenetapan paket pimpinan MPR, kata Mubarok, PPP akan tetap di Koalisi Merah Putih, walaupun harganya menjadi berkurang karena terbukti kurang setia.
"Kan sudah dikatakan Suryadharma Ali (Ketua Umum PPP), hanya untuk MPR (gabung Koalisi Indonesia Hebat), habis itu balik," kata Mubarok.
Sementara sikap netral yang dipilih Partai Demokrat, kata Mubarok, justru menguntungkan.
"Justru melahirkan kemenangan, di DPR dapat, MPR juga dapat," kata Mubarok.