Suara.com - Peraih medali emas Olimpiade Atlanta Rexy Mainaky mengatakan Indonesia telah masuk dalam masa sulit untuk mempertahankan tradisi meraih medali emas olimpiade karena sebagian besar atlet terlempar dari peringkat dunia.
Sejak Olimpiade 1992 hingga 2008, Indonesia selalu berhasil meraih medali emas olimpiade melalui cabang bulutangkis. Prestasi terburuk terjadi pada Olimpiade 2012 di London di mana tidak ada satu pun atlet Indonesia yang mampu meraih medali emas.
"Indonesia sebagai negara bulu tangkis kini tidak bisa lagi bicara emas untuk setiap perhelatan olimpiade, tapi untuk hanya sekadar medali (perak dan perunggu, red) masih ada peluang," kata Rexy.
Ia mengemukakan kelemahan Indonesia terletak pada kualitas atlet. Sejumlah atlet yang produktif (20-30 tahun) terbilang tidak sebaik generasi sebelumnya.
Menurut dia, hal ini juga dipengaruhi faktor eksternal yakni munculnya negara kekuatan baru bulu tangkis seperti Thailand, India, Spanyol, Jepang, dan China Taipeh.
"Sulit untuk berharap pada generasi saat ini, tapi untuk pemain lapis ketiga yang saat ini sedang digodok di Pelatnas, justru sebaliknya. Jika benar-benar dibina, bisa jadi Indonesia akan sapu bersih emas pada Olimpiade 2020," kata dia.
Ia menambahkan PBSI harus melakukan terobosan dalam pembinaan dan pelatihan atlet sehingga mampu mengejar ketertinggalan dari Korea dan Cina.
Pemerintah, PBSI, dan kalangan swasta juga harus bersinergi dalam mengembangkan industri olahraga sehingga muncul suatu liga profesional bulu tangkis yang dapat dijadikan sarana peningkatan kualitas atlet.
"Tidak bisa lagi berpikir, saya latihan begini jadi atlet muda juga harus begini. Zaman sudah berubah, mau tidak mau harus menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan industri olahraga," kata dia. (Antara)