Suara.com - Seorang ibu di Australia mungkin tak pernah berpikir bahwa nama yang ia berikan kepada putrinya bakal dipakai oleh kelompok radikal yang haus darah.
Sheridan Leskien, seorang ibu asal Sidney, Australia, menamai putrinya Isis. Adalah nama seorang dewi di mitologi Mesir yang ia gunakan untuk menamai putri cantiknya.
Namun, beberapa bulan terakhir, nama yang unik itu mendadak jadi sesuatu yang, bagi sebagian orang, mengerikan. Apalagi kalau bukan lantaran nama tersebut sama dengan nama kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Sheridan dan sang suami pun khawatir, sang putri yang kini sudah berusia 8 tahun bakal menjadi target bully.
"Setiap hari selalu ada penyebutan di media atau pembicaraan soal perang terhadap ISIS, soal betapa jahatnya ISIS, dan saya khawatir dia akan menjadi target bully," ungkap Sheridan kepada News.com.au.
"Ini merusak keluarga kami dan merusak masa depan Isis. Saya berbelasungkawa pada semua keluarga yang terdampak oleh Negara Islam, para jurnalis, orang lain yang menderita, namun keluarga saya menderita pula," lanjut Sheridan.
Menurut Sheridan, sejauh ini putrinya tak tahu bahwa namanya sama dengan kelompok kejam tersebut. Namun, kakak Isis, Maximus yang berusia 13 tahun sudah mulai diejek di sekolah gara-gara nama adik perempuannya itu.
"Beberapa orang mengatakan kami harus mengganti namanya, tapi itu tentu konyol sekali," kata Sheridan.
Ketika melakukan penelusuran internet, Sheridan menemukan bahwa ternyata banyak keluarga lain yang mengalami masalah serupa. Sheridan baru menyadari bahwa mereka tidak sendiri.
Sheridan lalu ikut menandatangani sebuah petisi online yang dibuat oleh seorang perempuan asal Amerika Serikat bernama Isis Martinez. Lewat petisi tersebut, ia mendesak media agar tidak lagi menggunakan akronim ISIS untuk merujuk pada kelompok radikal tersebut.
Saat ini, petisi itu sudah mendapat dukungan lebih dari 30.000 orang. Sebagian besar penandatangan mengeluhkan hal yang sama seperti yang dikeluhkan keluarga Sheridan.
"Isis, putri saya yang berusia 6 tahun terus melihat namanya di tabloid dan mendengarnya di berita dan bertanya mengapa orang-orang berperang melawannya!!!!" tulis Nyonya Lee Petrelli, seorang ibu lain yang juga memiliki putri bernama Isis.
"Ini harus dihentikan! Ketika saya menyemangatinya dalam sebuah laga sepak bola bulan lalu, semua orang menengok kepada saya. Hanya masalah waktu saja saat teman-teman sekelasnya tahu bahwa namanya sama dengan kelompok teroris," lanjut Lee.
Lain lagi cerita seorang perempuan yang bernama Isis. Ia mengaku di-bully di internet sehingga terpaksa memakai nama tengahnya dalam pergaulan.
Sama seperti perempuan-perempuan itu, Sheridan hanya ingin agar media tidak menggunakan nama ISIS untuk menyebut teroris.
"Ketika orang membicarakan ISIS, katakan pada mereka untuk tidak menggunakan nama itu untuk teroris. Katakan pada mereka bahwa Isis adalah nama seorang gadis cantik berusia delapan tahun," tutup Sheridan. (News.com.au)