Suara.com - Pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat memperluas serangan udara terhadap gerilyawan ISIS di Suriah Sabtu (27/9/2014). Sementara pesawat-pesawat tempur Inggris untuk pertama kali ikut misi tempur anti-kelompok garis keras itu di Irak.
Front Al-Nusra di Suriah, mengatakan serangan-serangan terhadap Suriah adalah “perang terhadap Islam”, dan mengancam akan menyerang kepentingan-kepentingan negara-negara peserta koalisi di seluruh dunia.
Tujuh target diserang di Suriah, kata Pentagon termasuk pelintasan perbatasan Turki di kota Kurdi Ain al-Arab, yang dikenal sebagai Kobane.
Organisasi pemantau Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan roket ISIS yang kini berganti nama IS (Islamic State) menghantam kota itu untuk pertama kali kelompok garis keras itu memulai serangan pada 16 September mencederai 12 orang.
Serangan-serangan ISIS menyebabkan 160.000 orang mengungsi ke Turki. sementara itu jet-jet tempur Tornado GR4 Angkatan Udara Inggris (RAF) lepas landas dari pangkalan RAF Akrotiri di Siprus. Pesawat tersebut menuju Irak dan kembali ke pangkalan itu tanpa menjatuhkan bom-bom yang dikendalikan laser.
Selain itu, Belgia dan Denmark juga menyetujui rencana-rencana untuk bergabung dengan Prancis dan Belanda dalam menyerang ISIS di Irak, yang memungkinkan Washington memusatkan perhatian pada operasi yang lebih rumit terhadap pangkalan kelompok garis keras itu di Suriah.
Washington mengatakan kelompok itu tidak dapat dikalahkan di Suriah dengan serangan udara saja, dan mengatakan sekitar 15.000 petempur pemberontak yang berhaluan "moderat" akan perlu dilatih. (Antara/AFP)