Suara.com - Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Aggraeni, menyebut sikap Partai Demokrat dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan pada tanggal 25 September 2014 merupakan potret kemunduran demokrasi. Titi menilai, apa yang dipertontonkan oleh Demokrat dalam sidang kemarin hanyalah pencitraan semata.
"Partai Demokrat telah mempertontonkan langkah yang sangat konkret, tentang bagaimana menarik mundur perjalanan demokrasi," kata Titi di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (27/9/2014).
Titi menambahkan, Partai Demokrat memperlihatkan sikap yang tidak konsisten dalam memperjuangkan Pilkada langsung. Padahal, Ketua Umum Partai Demokrat sendiri, yang menduduki kursi Kepresidenan selama sepuluh tahun terakhir adalah produk dari pemilihan langsung.
"Mereka juga sudah mempertontonkan inkonsistensi dengan mengusung jargon-jargon demokrasi untuk pencitraan semata, dan kemudian membuktikan itu dalam ketidakkonsistennya," tambahnya.
Hal senada juga pernah dilontarkan oleh beberapa elit politik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan). PDI Perjuangan menilai, Partai Demokrat hanya bertujuan melakukan pencitraan untuk menarik simpati masyarakat.
Namun, Politisi Demokrat, Ramadhan Pohan menilai hal tersebut bukanlah sebuah pencitraan lantaran dalam paripurna kemarin Partainya mrngajukan opsi lain.
"Sebenarnya bukan pencitraan, tapi karena kita lihat ada kelemahan di pilkada langsung, maka kita ajukan opsi pilkada langsung dengan sepuluh persyaratan, itu yang ideal," bantahnya.