Suara.com - Pengamat Politik sekaligus Direktur Populi Centre Nico Harjanto memperkirakan masa keemasan Partai Gerindra kemungkinan hanya terjadi di Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2014.
"Untuk lima tahun ke depan kalau Gerindra tidak segera melakukan pelembagaan politik yang baik, serta melakukan regenerasi dan kaderisasi kepemimpinan yang baik, merekrut calon pemimpin yang baik yang bisa diterima masyarakat, maka bagi pemilih ditahun 2019 nantinya Partai Gerindra tidak ada yang istimewa," kata Nico di Jalan Mahakam, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (20/9/2014).
Nico menganggap Partai Gerindra sangat tergantung pada figur atau tokohnya, yaitu Prabowo Subianto.
Hal ini mengakibatkan politik menjadi kurang relevan dan berujung partainya sangat kurang berpengaruh di mata masyarakat.
"Misalnya Partai Demokrat dengan figur Presiden SBY, kalau Pak SBY sudah tidak menjadi presiden, tentu juga soliditas partai kemudian kekuatan partai mungkin akan terganggu," imbuhnya.
Apabila itu terjadi, maka besar kemungkinan di pemilu 2019, tidak ada yang spesial bahkan tidak ada yang membedakan Partai Gerindra dengan partai-partai yang lainnya.
Untuk itulah Nico menyarankan agar posisi Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra lebih baik dijabat oleh tokoh-tokoh yang masih muda.
“Sebut saja Fadli Zon Wakil Ketua Umum DPP Gerindra, Ahmad Muzani Sekjen Gerindra, mereka memiliki peluang untuk menjadi ketum Partai Gerindra,” tambahnya.