Ofisial Timnas Iran Lakukan "Pelecehan Seks" kepada Relawan Asian Games

Selasa, 16 September 2014 | 14:23 WIB
Ofisial Timnas Iran Lakukan "Pelecehan Seks" kepada Relawan Asian Games
Logo Asian Games XVII 2014 di Incheon, Korea Selatan. [OCAsia.org]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Polisi Korea Selatan (Korsel), pada Selasa (16/9/2014) mengatakan bahwa pihaknya telah menghukum denda seorang pejabat yang merupakan anggota kontingen Iran di Asian Games, atas dugaan pelecehan seksual. Pihak berwenang Korsel pun mengancam melarangnya meninggalkan negara tersebut, menyusul adanya keluhan dari seorang sukarelawan perempuan di stadion sepakbola.

Insiden tersebut diduga terjadi pada Senin kemarin, di Stadion Ansan Wa, salah satu venue pertandingan sepakbola Asian Games di Incheon, yang berada di sebelah barat ibu kota Seoul. Dalam kasus ini, seperti disampaikan pihak penyelenggara Asian Games Incheon (IAGOC), sang sukarelawan mengatakan bahwa ia disentuh oleh petugas Iran tersebut saat mereka tengah berfoto bersama.

Polisi mengatakan bahwa lelaki Iran berusia 38 tahun itu hanya didenda, tanpa hukuman fisik. Dia juga disebut telah mengakui perbuatannya menyentuh sukarelawan perempuan tersebut, sembari mengaku tidak tahu jika perbuatan itu ilegal. Sementara, seorang pejabat IAGOC mengatakan kepada Reuters, bahwa lelaki Iran itu bekerja mengurusi peralatan tim sepakbola negaranya.

"Kami akan memberikan hukuman yang lebih berat ke depannya bagi pelaku, jika kejadian seperti ini terjadi lagi," ungkap sang pejabat IAGOC.

"Dengan izin Komite Olimpiade Asia (OCA), kami akan melakukan langkah-langkah, termasuk larangan ke Asian Games dan mencegah mereka meninggalkan negara ini," tambahnya.

Sebagaimana diketahui, Asian Games XVII di Incheon baru akan secara resmi dibuka pada Jumat (19/9), tetapi kompetisi sepakbola sudah dimulai lebih awal, yaitu sejak Minggu (14/9). Tim sepakbola putra Iran sendiri, dalam pertandingan kemarin itu harus menyerah kalah 1-4 kepada Vietnam. [Antara/Reuters]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI