"Meminta seorang lelaki berbagi tentang perasaannya di lingkungan di mana godaan seksual dilarang, bagaikan mencoba mengajarinya berenang di daratan," sambungnya pula memberikan analogi.
White diketahui memiliki gelar BA di bidang Tari, selain juga pemegang gelar Bachelor of Science di Ilmu Biologi, yang didapatnya dari sebuah kampus di kawasan pesisir barat Amerika Serikat (AS).
Namun, dia memang tak memiliki lisensi untuk membuka praktik sebagai terapis kejiawaan di AS, terutama lantaran metodenya yang melibatkan rangsangan dinilai tidak etis. Namun perempuan yang tinggal di New York ini berkeras bahwa metodenya justru telah memberikan terobosan baru di dunia psikologi.
"Ya, saya bangga mengatakan bahwa saya telah menjumpai lebih dari 1.000 orang (klien) di mana mereka semua memang ingin berada di sana (bicara) denganku," tuturnya.
"Saya barangkali satu-satunya terapis perempuan di dunia yang bisa menyatakan punya daftar pasien lelaki di mana tak satu pun dari mereka berada di sana (menjalani terapi) karena disuruh oleh hakim (pengadilan) atau oleh istrinya," tandasnya.
Walaupun terapinya kontroversial, sangat terbuka dan juga buka-bukaan, Sarah White mengaku tetap punya batasan tersendiri dalam memberikan terapi. Dia mengaku hanya bersedia melanjutkan pembicaraan jadi lebih seksi alias sambil bertelanjang, jika dia percaya akan ada "keuntungan mental" bagi sang klien. [Mirror]