Suara.com - Butuh waktu hampir 13 tahun bagi Dorry Tompsett, janda korban tragedi 11/9, untuk membuka lemari dan melihat pakaian Stephen Tompsett yang ikut tewas dalam peristiwa yang terjadi pada 2001 lalu.
Peristiwa yang dikenal sebagai tragedi sebelas September atau 11/9, adalah peristiwa pembajakan sejumlah pesawat di Amerika oleh para teroris. Dua diantaranya ditubrukkan ke dua menara pusat bisnis Amerika, World Trade Centre.
Suami Dorry, Stephen merupakan ahli komputer asal Australia yang sedang bertugas di Amerika. Dorry bersama suami dan anaknya tinggal di Long Island saat tragedi itu terjadi.
Stephen sedang menghadiri sebuah pertemuan soal Windows di menara bagian utara WTC, persis di restoran di atas menara yang sempat dijuluki gedung tertinggi di dunia.
Dia sempat schock saat mendengar suaminya menjadi salah seorang korban dari peristiwa pembajakan paling hebat di dunia dan menewaskan lebih dari 3.000 orang.
Saking traumanya, dia tak berani melihat barang-barang peninggalan Stephen yang masih tersimpan manis di lemari mereka selama hampir 13 tahun.
“Satu hari saya terbangun, dan mengatakan ‘baiklah’, kalau saya harus melakukannya, saya akan melakukanya. Saya akan membuka lemari itu.’ Dan akhirnya saya membukanya,” cerita Dorry.
Selama belasan tahun itu pula Dorry tak pernah bisa menerima rasa kehilangan suaminya.
“Kejadian itu merengut saya,” katanya lagi.
Tapi kini semua berubah, Dorry harus bisa merelakan semuanya dan menatap maju, apalagi sejak anak mereka, yang kini berkuliah di Boston mengambil jurusan komputer seperti Stephen. Hal itu akhirnya membuka mata Dorry. (news.com.au)