Suara.com - Selang dua hari usai peringatan 10 tahun terbunuhnya aktivis HAM Munir, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merayakan ulang tahunnya pada, Selasa (9/9/2014) kemarin. Namun kasus HAM yang tak tuntas, tidak termasuk dalam daftar kado indah untuk Presiden yang hampir habis masa jabatannya itu.
Petisi yang dibuat Suciwati, istri almarhum Munir, terus bertambah banyak setelah peringatan 10 tahun kejadian Munir 7 September lalu. Dalam petisinya di www.change.org/Munir, Presiden SBY diminta segera menuntaskan kasus pembunuhan mendiang suaminya.
Minggu lalu, petisi tercatat memiliki 4000-an tanda-tangan. Kini, lebih dari 9.300 orang mendukung petisi tersebut. Sampai sekarang belum ada tanda-tanda Presiden SBY menaruh perhatian serius terhadap kasus ini.
Seniman, mahasiswa, hingga warga biasa memperingati 10 tahun kepergian abah mereka dari berbagai tempat, dari protes jalanan di Malang hingga warung kopi di Jakarta. Dari aksi mendaki gunung Ainslie di Canberra, diskusi terbuka di Sydney sampai aksi protes di Federation Square, Melbourne.
"Saya ingin terus mencatat langkah-langkah perjuangan, juga dalam petisi. Ini adalah bagian dari perjuangan yang membentang itu,” kata Suciwati kepada para penandatangan petisi agar terus mengobarkan semangat perjuangan mereka, dalam keterangan tertulis yang diterima suara.com, Rabu (10/9/2014).
Merasa kecewa dengan pemerintahan Presiden SBY, Suciwati kini menaruh harapan baru kepada Presiden RI terpilih baru, Joko Widodo. Melalui petisi itu juga Suciwati mengajak para pendukungnya untuk menyampaikan pesan penuntasan kasus terbunuhnya Munir kepada Joko Widodo.