Suara.com - Pihak Twitter kini disibukkan oleh sebuah upaya investigasi penting, setelah sebuah akun terkait dengan Islamic State (IS atau yang sebelumnya dikenal dengan ISIS), menyerukan pembunuhan para pegawai perusahaan jejaring sosial itu. Menggunakan jalur Twitter sendiri, seruan pembunuhan itu menyebut untuk menggunakan para pembunuh lepas (lone wolf) IS yang berada di San Francisco.
"Waktunya telah tiba untuk merespons manajemen Twitter dengan langsung menyerang para pegawainya dan membunuh mereka secara fisik," tulis salah satu tweet dalam bahasa Arab dari akun atas nama Dawla Moon itu, sebagaimana ditulis situs Vocativ.
Akun yang mengeluarkan ancaman itu sendiri diketahui memiliki sekitar 3.000 folowers, sebelum akhirnya di-suspend oleh Twitter pada Senin (8/9/2014) malam. Menurut Channel4.com pula, sebagian besar follower akun itu terlihat menampilkan bendera IS di foto profilnya, yang mengindikasikan keterkaitan atau dukungan mereka pada IS.
Akun itu juga menyebut bahwa serangan akan dilakukan terhadap para pegawai Twitter oleh "sel-sel kematian yang tertidur". Dalam tweet-nya, akun itu juga menggunakan hashtag yang kurang lebih berarti "konsep serangan lone wolf".
Sebagaimana dikutip Mashable, seorang juru bicara Twitter membenarkan bahwa pihaknya kini tengah menginvestigasi perkembangan ancaman tersebut.
"Tim keamanan kami sedang menginvestigasi kebenaran ancaman ini bersama dengan petugas-petugas penegakan hukum yang terkait," ungkapnya.
Salah satu tweet lainnya dari Dawla Moon berbunyi: "Semua pegawai Twitter di San Francisco dan Amerika Serikat harus mencamkan ini dan harus menjaga diri mereka, karena di balik pintu rumahnya bisa saja sudah ada pembunuh 'lone wolf' yang menunggu."
Para pendukung IS dan kalangan yang dinilai jihadis memang kerap harus merasakan akunnya di Twitter dan Facebook harus di-suspend (dihapus atau diblokir) oleh kedua perusahaan itu, terutama lantaran dianggap bersalah melanggar peraturan semisal mem-posting foto-foto pemenggalan kepala manusia.
Sebagian akun ada juga yang dihapus setelah pihak berwenang seperti Kepolisian Metropolitan menyampaikan pada Twitter bahwa akun-akun itu menyebarluaskan terorisme yang dinilai melanggar hukum. Namun begitu, beberapa akun jihadis lelaki maupun perempuan asal Inggris diketahui masih eksis hingga kini, terutama setelah dengan cara-cara tertentu menyiasati aturan.
Sebagaimana diberitakan Channel 4 News sebelumnya, salah satu akun yang cukup dikenal itu, beberapa hari lalu menyampaikan ancaman pembunuhan yang diarahkan kepada Perdana Menteri (PM) David Cameron demi merespons seruan perangnya terhadap IS. Sebelumnya pula, pernah dilaporkan adanya sebuah dokumen strategi IS dalam menghadapi hadangan media sosial. [Channel4.com]