Suara.com - Berkat terobosan penelitian DNA, identitas orang yang diyakini sebagai pembunuh berantai dengan julukan Jack the Ripper akhirnya bisa terungkap.
Legenda Jack the Ripper menebar teror pembunuhan terhadap sedikit lima perempuan yang berprofesi sebagai tuna susila di kawasan Whitechapel, London, pada 1888. Korbannya dipercaya lebih dari lima orang.
Hampir 200 tahun lalu identitasnya gagal diungkap oleh otoritas keamanan Inggris, namun baru-baru ini hasil tes DNA akhirnya bisa mengungkap siapa sebenarnya Jack yang pernah meninggalkan selembar surat berjudul “Letter from hell” itu.
Para pakar DNA mengklaim pelakunya adalah Aaron Kosminski yang berprofesi sebagai polisi imigrasi di London. Aaron juga pernah dibidik sebagai tersangka, kendati dulu gagal dibuktikan.
Serangkaian tes DNA yang dilakukan oleh para pakar diambil dari syal milik salah seorang korban Jack, Catherine Eddowes. Di potongan syal itulah ditemukan DNA milik korban dan pembunuhnya.
Syal itu lantas diuji oleh pakar DNA, Jari Louhelainen, yang juga menyelidik sejarah pembunuhan si pembunuh sadis itu.
Dia membandingkan DNA di potongan syal dengan sejumlah kerabat tersangka yang kahirnya menuntun pembuktian kuat kalau Aaronlah pelakunya.
Sejak kasus pembunuhan berantai itu terkuak, sekitar 100 orang pernah dicurigai sebagai tersangka.
Jack hobi menggorok para korbannya sebelum mereka dimutilasi.
Tenggorokan mereka dipotong sebelum mutilasi secara brutal terhadap tubuh mereka.
Dalam surat yang dikirimkan ke Scotland Yard, sebutan polisi Inggris, Jack juga sengaja mengirim separo ginjal manusia yang diawetkan dan diduga milik salah satu korban. (Mirror)