Pelajar Indonesia di Turki Target Utama Perekrutan ISIS

Doddy Rosadi Suara.Com
Kamis, 04 September 2014 | 14:43 WIB
Pelajar Indonesia di Turki Target Utama Perekrutan ISIS
Pemimpin kelompok ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. (Youtube.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pelajar Indonesia di Turki menjadi target dari kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) untuk menjadi anggota mereka. ISIS tidak hanya membangun markas di dekat perbatasan Turki dan Suriah tetapi juga membangun rumah aman untuk memfasilitasi para calon pejuang dari wilayah Asia Tenggara sebelum tampil ke medan tempur.

Jumlah pelajar Indonesia yang tengah belajar di Turki sekitar 800 orang. Mereka menjadi pelajar di sekolah menengah atas dan juga mahasiswa di universitas di Turki. Pelajar Indonesia itu menjadi target utama kelompok ISIS.

Mahasiswa Indonesia yang tengah mengambil program doktor di Turki, Muhamad Syaiqullah mengatakan, Majelis Mujahiddin Indonesia sudah berada di Turki dan tengah mendekati para pelajar tersebut.

“Mereka tidak tahu mereka (anggota MMI-red) karena kelompok itu menggunakan jaringan pribadi,” ujarnya.

Menurut Syaiqullah, pelajar Indonesia menyambut dengan ramah kehadiran anggota MMI tersebut karena merasa sama-sama berasal dari Indonesia. Namun, keramahan tersebut digunakan oleh MMI untuk merekrut mereka menjadi anggota ISIS.

“Sudah ada satu pelajar SMA asal Indonesia yang direkrut menjadi anggota ISIS. Seorang mahasiswa tingkat pertama juga sudah bergabung. Mereka mempunyai teman yang punya jaringan dengan kelompok militan di Indonesia,” ujarnya.

Pengamat teroris Noor Huda Ismail yang baru-baru ini pergi ke perbatasan Turki dan Suriah menemukan fakta bahwa kelompok militan telah membangun markas di sana.

“Mereka bukan saja melakukan kontak dengan pelajar Indonesia tetapi juga menyiapkan rumah aman untuk menjamu pelajar Indonesia atau dari Asia Tenggara yang bepergian ke Suriah. Di rumah aman itu, mereka bisa tinggal selama satu atau dua hari sebelum membantu pejuang ISIS di perbatasan Suriah,” ungkapnya.

Kata dia, sebagian besar anggota kelompok militant dari Indonesia menyamar sebagai pekerja kemanusiaan untuk bisa masuk ke Suriah.

“Apabila anda melihat pekerja kemanusiaan asal Indonesia, dari 10 yang berangkat paling hanya empat yang kembali sedangkan enam lainnya tinggal di sana. Jadi ini pola yang harus dicermati dengan serius,” tandasnya. (AFP/CNA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI