Suara.com - Saat ini ibu kota Indonesia, Jakarta, kian dikenal dengan kemacetannya yang luar biasa. Kemacetan paling parah terjadi pada jam dan situasi tertentu. Jam masuk dan pulang kantor biasanya menjadi momok bagi para pengendara, terutama mobil.
Menurut Kasubdit Dikyasa Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Warsinem, ada tujuh alasan atau penyebab, mengapa Jakarta menjadi semakin macet. Alasan pertama menurutnya adalah kebutuhan perjalanan orang setiap harinya. Dia menyebut bahwa saban hari, sebanyak 20,7 juta orang harus mobilisasi menuju Jakarta.
"(Sebanyak) 56,8 persennya menggunakan kendaraan bermotor, dan hanya 2 persen yang pakai kereta api," katanya di Jakarta, Selasa (2/9/2014).
Alasan kedua, menurut Warsinem, adalah pertumbuhan (jumlah) kendaraan bermotor yang tidak sesuai dengan pertumbuhan jalan. Hingga tahun 2013, jumlah kendaraan tercatat mencapai 16.116.325.
"Kendaraannya tumbuh kurang lebih 11 persen, sedangkan jalanan tumbuh hanya 0,01 persen per tahun," ujarnya.
Semakin banyaknya pertumbuhan pusat kegiatan atau permukiman, menurut Warsinem lagi, juga menjadi alasan ketiga semakin padatnya lalu lintas.
"Harus ada jaringan yang terpadu, termasuk angkutan umum," katanya.
Berikutnya, jumlah jalanan yang kurang, juga makin diperparah dengan beralihnya fungsi jalanan tersebut. Banyak lahan yang seharusnya dipakai untuk jalan, malah digunakan sebagai lahan parkir atau tempat berjualan.
"Sehingga kapasitas jalanan menurun," kata Warsinem lagi.
Penyebab lainnya adalah aktivitas bongkar-muat dan masuknya angkutan barang ke kawasan perkotaan, yang juga menjadi salah satu alasan. Selanjutnya adalah disiplin dari pengendara yang dirasa masih kurang, dalam arti masih banyak yang melanggar tata tertib.