Suara.com - Kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dikenal suka merekrut pejuang-pejuang dari berbagai negara di segala penjuru dunia. Tak hanya dari negara-negara berpenduduk mayoritas muslim yang menjadi sasaran perekrutan ISIS, melainkan pula negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan Inggris.
Kita tentu masih ingat soal beredarnya video pemenggalan James Foley, jurnalis asal Amerika Serikat oleh salah satu anggota ISIS. (Baca: ISIS Sebar Video Pemenggalan Wartawan AS) Dalam video tersebut, si militan bertopeng terdengar fasih berbahasa Inggris dengan aksen London yang kental. (Baca: Pakar Bahasa Ungkap Asal Pemenggal Wartawan AS) Hal ini menimbulkan dugaan kuat bahwa banyak anggota ISIS yang berasal dari Inggris, dan negara-negara barat lainnya.
Namun, apakah benar para pejuang asing ISIS hanya berasal dari Inggris dan negara barat? Data yang dirangkum oleh CNN menunjukkan 25 negara yang warganya ikut bergabung dengan ISIS di Suriah. Data tersebut diperoleh dari negara-negara yang sudah mengeluarkan informasi resmi mengenai jumlah warga mereka yang bergabung dengan ISIS.
Secara keseluruhan, ada 11.000 orang dari berbagai penjuru dunia yang datang ke Suriah untuk bergabung bersama pemberontak, meski beberapa diantaranya juga ada yang sudah kembali ke negara asalnya. Tidak selalu dengan ISIS, banyak pula yang bergabung dengan faksi-faksi lain yang memang banyak bermunculan di Suriah.
Yang patut diperhatikan, jumlah pejuang yang banyak tidak selalu datang dari negara dengan populasi penduduk Muslim yang banyak pula. Di beberapa negara dengan jumlah penduduk muslim relatif kecil, justru memiliki jumlah pejuang jihad yang lebih banyak. Di Finlandia misalnya, presentase pejuang yang berangkat ke Suriah mencapai 0,071 persen dari populasi keseluruhan warga Muslim yang berjumlah 42.000 jiwa. Presentase itu hampir serupa dengan yang ditunjukkan di Irlandia.
Sedangkan di Indonesia sendiri, negara dengan populasi warga Muslim terbesar di dunia, jumlah pejuang yang berangkat ke Suriah sangat sedikit. Dari 204.847.000 jiwa penduduk Muslim, hanya 30 hingga 60 orang saja yang berangkat atau 0,00003 persen saja.
Dari daftar tersebut, Tunisia berada di urutan teratas dengan 3.000 pejuang. Sementara itu, Arab Saudi dan Maroko menyusul di tempat kedua dan ketiga dengan 2.500 dan 1.500 pejuang. (CNN)