Suara.com - Pertemuan antara Presiden RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah elite partai anggota Koalisi Merah Putih, Selasa (2/9/2014) pagi di Cikeas, diperkirakan juga membahas positioning Partai Demokrat pascaputusan Mahkamah Konstitusi atas sengketa pilpres.
Hal itu dikemukakan oleh pengamat politik Arya Fernandes kepada suara.com. Arya menambahkan SBY perlu menjelaskan positioning partainya ke Koalisi Merah Putih karena selama ini muncul kesan Demokrat setengah hati dalam mendukung koalisi itu.
Kesan tersebut, antara lain terlihat ketika Koalisi Merah Putih deklarasi sebagai Koalisi Permanen di Tugu Proklamasi setelah pilpres atau sebelum sidang putusan MK. Ketika itu, Partai Demokrat hanya mengutus pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Jakarta untuk datang ke deklarasi. Kemudian setelah MK memutuskan menolak seluruh gugatan Prabowo-Hatta, Koalisi Merah Putih bertemu lagi dan tanpa kehadiran Partai Demokrat.
"Prediksi saya, Pak SBY akan memilih sikap abu-abu, datar. Artinya tidak secara tegas katakan berada di Koalisi Merah Putih, juga Koalisi Jokowi-JK," kata Arya.
Ditanya apakah Partai Demokrat ingin cari aman? Menurut prediksi Arya, saat ini Partai Demokrat sedang menghadapi dilema. Partai yang sebelumnya berkuasa, keadaan sekarang berubah, terutama setelah kalah telak di Pemilu 2014. Arya menilai itu tidak mudah bagi partai, apalagi partai ini juga perlu menyiapkan diri agar tetap bisa mengikuti Pemilu 2019.
Arya menganalisa, Partai Demokrat menyadari betul bahwa insentif publik terhadap partai oposisi atau berada di luar pemerintahan tidak terlalu besar. Hal itu sudah dicontohkan PDI Perjuangan selama 10 tahun terakhir. Kalaupun sekarang PDI Perjuangan menang, kata Arya, itu karena tertolong figur Joko Widodo.
"Demokrat mungkin pertimbangkan itu. Prediksi saya, Demokrat akan putuskan (sikap) di menit-menit terakhir, jelang pelantikan (Jokowi-JK)," kata Arya. Jokowi-JK rencananya dilantik pada 20 Oktober 2014.