Suara.com - Presiden terpilih Joko Widodo mengatakan sektor pariwisata yang terus berkembang di Bali agar tidak merusak lingkungan dan budaya.
"Saya mengharapkan pembangunan sektor pariwisata jangan sampai merusak lingkungan dan budaya setempat," katanya pada acara "Syukuran atas Kemenangan Capres-Cawapres Jokowi-JK" di Sanur, Denpasar, Sabtu (30/8/2014).
Ia mengharapkan sektor pariwisata Bali harus nomor satu. Bali diharapkan tidak menerima pariwisata kelas rendah.
"Bali harus punya diferensisasi yang jelas, pembedaan yang jelas. Jangan sampai pariwisata merusak Bali sendiri. Kita harus menerima wisata yang nomor satu," ujarnya.
Jokowi juga menyentil isu lingkungan yang tengah hangat di Bali, yakni rencana reklamasi beberapa wilayah pesisir selatan Pulau Dewata, termasuk reklamasi Teluk Benoa. Rencana itu sengit ditentang masyarakat Bali karena mengancam kelestarian lingkungan.
Rencana reklamasi itu sendiri sudah direstui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Peraturan Presiden No.45/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan), yang mengizinkan perairan Benoa menjadi kawasan konservasi.
Reklamasi rencananya akan dilakukan oleh PT Tirta Wahana Bali Internasional, anak usaha Artha Graha milik taipan Tomy Winata. Di lokasi itu disebut-sebut akan dibangun pusat wisata dengan nilai investasi Rp30 miliar.
"Saya mendengar, bahwa di Bali bagian selatan terlalu padat, terlau dipaksakan. Jangan sampai lingkungan ini rusak gara-gara kita terlalu memberikan ruang kepada pariwisata," katanya.
Ia juga menegaskan, selain budaya, lingkungan Bali juga perlu diperhatikan karena lingkungan juga menjadi kekuatan bagi Bali. Artinya, bukan hanya kebudayaan yang unik tetapi keindahan alamnya juga harus tetap dipertahankan.
Jokowi juga menyatakan apresiasinya kepada lembaga adat di Bali melalui Desa Adat atau Desa Budaya di Bali yang dengan konsisten menjaga adat dan budaya Bali.