Suara.com - Pertemuan empat mata antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden terpilih untuk periode 2014-2019, Joko Widodo, di Nusa Dua, Bali, Rabu (27/8/2014) malam, dinilai sebagai keteladanan politik yang baik dari seorang Kepala Negara.
"Dan ini yang pertama kali yang terjadi di Indonesia. Dulu Bung Karno ketika turun itu tidak jadi faktor, Pak Harto juga sama sekali tidak menjadikan itu sebagai faktor ketika Pak Habibie terpilih, Pak Habibie ke Gus Dur juga itu tidak jadi faktor, dan selanjutnya juga begitu," kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Achmad Mubarok kepada suara.com, Kamis (28/9/2014) pagi.
Menurut Mubarok, Presiden SBY merupakan pemimpin pertama yang mau menyediakan diri untuk memberikan ruang untuk membantu Presiden pengganti.
"Pak Jokowi pun sadar sangat memerlukan informasi, dukungan, dan sumbangan pikiran dari Presiden pendahulunya. Jadi, ini contoh bagus dalam politik," kata Mubarok.
Peristiwa semalam, kata Mubarok, sesungguhnya seperti apa yang selama ini diharapkan Partai Demokrat dan Presiden SBY. Presiden SBY ingin bisa mendelegasikan pembangunan kepada Presiden pengganti. Dengan demikian, pembangunan bisa berkesinambungan.
"Kalau dulu kan Pak harto (pembangunannya) dari nol, Gus Dur juga dari nol," kata Mubarok.
Itu sebabnya, Jokowi dan Jusuf Kalla diharapkan jangan berpikir membangun Indonesia dari nol. "Jadi lanjutkan apa yang baik, dan perbaiki apa yang masih kurang," kata Mubarok.
Mubarok berharap pertemuan semalam di Bali sebagai awal yang baik bagi pemerintahan Jokowi-JK.