Suara.com - Partai Golkar berada di ambang kehancuran apabila memutuskan untuk bergabung dengan kubu Joko Widodo-Jusuf Kalla dan kembali masuk ke pemerintahan.
Wakil Bendahara Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo mengatakan, dalam 10 tahun terakhir berada di dalam pemerintahan, suara Partai Golkar selalu anjlok di pemilu legislatif.
Karena itu, Bambang berharap Golkar meniru langkah PDI Perjuangan yang menjadi oposisi dalam lima tahun terakhir dan berhasil menjadi pemenang dalam pemilu legislatif 2014.
“Golkar akan hancur apabila tidak mau mengubah tradisi menjadi partai oposisi. Suara Golkar terus tergerus selama berada di dalam pemerintahan. Saya yakin, Golkar hanya perlu waktu lima tahun di luar pemerintahan untuk bisa kembali menjadi pemenang dalam pemilu legislatif. Karena itu, saya berharap Golkar mengukir sejarah dengan menjadi partai oposisi dalam pemerintahan Jokowi-JK,” kata Bambang kepada suara.com di ruang kerjanya di Gedung DPR, Selasa (26/8/2014).
Bambang menambahkan, suara Partai Golkar di pemilu legislatif tergerus karena harus mendukung semua kebijakan pemerintah. Contohnya ketika Presiden SBY memutuskan untuk menaikkan harga BBM.
“Golkar sebenarnya keberatan dengan keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, tetapi karena Golkar adalah parpol pendukung pemerintah maka kebijakan itu kita dukung. Coba lihat PDI Perjuangan yang menolak kenaikan BBM, mereka justru mendapatkan simpati dari masyarakat dan akhirnya bisa menang di pileg 2014,” ujarnya.
Pada pemilu 2004, Golkar yang keluar sebagai pemenang pemilu legislatif memutuskan untuk menjadi pendukung SBY-JK setelah pasangan mereka Wiranto-Salahudin Wahid kalah di pemilu presiden. Hal yang sama juga dilakukan pada 2009 ketika pasangan JK-Wiranto kalah dan Golkar mendukung pasangan SBY-Boediono.
Pada pemilu 2014, Golkar mendukung pasangan Prabow-Hatta yang kalah dari pasangan Jokowi-JK. Sejumlah kader Partai Golkar mendesak pengurus partai untuk mengalihkan dukungan kepada pasangan Jokowi-JK dan kembali masuk ke pemerintahan.