Suara.com - Pasukan khusus Amerika Serikat pernah berusaha menyelamatkan jurnalis James Foley dan tawanan warga AS lainnya dalam sebuah operasi rahasia di Suriah. Sempat terlibat baku tembak dengan militan Negara Islam (NI), kelompok yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, pasukan AS tidak menemukan tawanan yang mereka cari.
Misi yang diperintahkan oleh Presiden Barack Obama dan digelar dengan basis informasi intelijen AS, berlangsung pada sekitar Juli silam, demikian diungkap pejabat bidang kontraterorisme AS, Rabu (20/8/2014).
Informasi itu diungkap ke publik sehari setelah munculnya sebuah video yang menggambarkan pemenggalan Foley (40) oleh kelompok militan Negara Islam.
Lisa Monaco, salah satu staf bidang kontraterorisme Gedung Putih, tidak mengungkap kapan tepatnya operasi itu berlangsung. Tetapi dia menjelaskan bahwa pasukan khusus AS dikirim menggunakan pesawat dan helikopter, mendarat di sebuah lokasi di Suriah dan terlibat dalam baku tembak dengan NI.
Operasi yang menyebabkan tewasnya sejumlah militan itu, adalah pertempuran darat pertama antara AS dengan militan NI.
Menurut Monaco, keputusan untuk mengirim pasukan khusus ke Suriah karena menurut analisis intelijen, warga AS yang ditawan NI kian terancam.
"Pemerintah AS miliki apa yang kami yakini sebagai informasi intelijen yang cukup dan ketika ada kesempatan, presiden memerintahkan departemen pertahanan untuk bergerak secara agresif untuk menyelamatkan warga negara kita," kata Monaco.
"Sayangnya, misi itu tidak berhasil karena para tawanan tidak ada di sana," imbuh dia.
Dewan Keamanan Nasional AS, belakangan mengatakan, mereka tidak berniat untuk mengungkap operasi itu.
"Kami baru mengungkap hal ini ke publik karena beberapa media sudah bersiap menulis tentang operasi itu dan karena kami tidak punya pilihan lain, selain mengakuinya," bunyi pernyataan Dewan Keamanan Nasional AS. (Reuters)