Suara.com - Polres Bangkalan, Jawa Timur, menangani kasus "carok" atau perkelahian menggunakan senjata tajan jenis celurit, antara warga bernama Syamsul Arifin dengan Bakar, lantaran lamaran meminang anaknya ditolak.
"Si Syamsul Arifin itu calon menantu, sedangkan si Bakar itu calon mertuanya," kata Kapolres Bangkalan AKBP Sulistijono, Rabu (20/8/2014).
Peristiwa "carok" antara Syamsul Arifin dengan calon mertuanya itu terjadi Selasa (19/6) malam di rumah Bakar di Desa Lombang, Kecamatan Blega, Bangkalan.
Saat itu, Syamsul yang merupakan warga Kampung Duwek Rajeh itu datang ke rumah calon mertuanya Bakar yang masih tetangganya sendiri.
Kedatangan Syamsul itu lantaran kecewa dengan keputusan Bakar menolak lamaran dirinya yang hendak menjadikan anaknya, Nur Habibah, sebagai istri. Syamsul dan Nur Habibah telah lama menjalin hubungan asmara hingga akhirnya sepakat untuk menempuh hidup baru.
Sesampainya di halaman rumah Bakar, Syamsul, pria berusia 30 tahun itu, langsung meminta Bakar keluar rumah dan menantang "carok" dengan alasan yang bersangkutan kecewa dan malu kepada tetangganya lantaran lamarannya ditolak.
Saat mendengar tantangan itu, Bakar langsung keluar rumah juga dengan membawa sebilah celurit. Awalnya hanya perang mulut antara keduanya, namun kemudian terjadi "carok" antara keduanya.
"Saat duel itu, si calon menantunya yang bernama Syamsul Arifin ini kena sabetan celurit di bagian kepala serta kedua tangannya hingga patah," tutur Kapolres.
Korban tewas dengan bersimbah darah di halaman rumah Bakar, sebelum akhirnya dirujuk ke Puskesmas terdekat untuk diotopsi.
"Si Bakar ini juga dirawat di rumah sakit karena juga menderita luka parah karena terkena sabetan celurit Syamsul itu dan saat ini dirujuk ke rumah sakit dr Soetomo Surabaya," kata Kapolres.
Status hukum Sementara terkait status hukum Bakar, Kapolres menjelaskan, masih menunggu pelaku sembuh.
"Tapi yang jelas, pasal yang akan kita kenakan kepada tetap pasal pembunuhan," katanya menjelaskan.
Petugas juga berhasil menyita barang bukti berupa telpon seluler milik korban Syamsul Arifin, 2 buah celurit milik Syamsul dan Bakar, 2 buah kayu serta pakaian korban yang bersimbah darah.
Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya "carok" susulan, mengingat situasi kedua keluarga yang terlibat "carok" tersebut hingga kini masih memanas, Polres Bangkalan menerjunkan patugas khusus ke Desa Lombang, Kecamatan Blega.
"Kami juga telah memerintahkan Polsek Blega untuk terus melakukan pemantauan situasi di sana dan melaporkan langsung ke Mapolsek perkembangan situasi," kata Kapolres Sulistijono.
Kasus "carok" yang terjadi di Bangkalan dan kini ditangani Polres setempat ini merupakan kali kedua di Pulau Madura dalam dua pekan terakhir.
Pada 11 Agustus 2014, "carok" juga terjadi di Desa Sokobanah Daja, Kecamatan Sokobanah, Sampang. Dua orang tewas dalam kasus "carok" itu yakni bernama Samiran dan Muswar, warga Desa Sokobanah Laok, Kecamatan Sokobanah, Sampang. (Antara)