ISIS Sebar Video Pemenggalan Wartawan AS

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 20 Agustus 2014 | 08:12 WIB
ISIS Sebar Video Pemenggalan Wartawan AS
Cuplikan rekaman pemenggalan orang yang diduga wartawan AS, James Foley oleh NI atau ISIS yang beredar di internet (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kelompok bersenjata Negara Islam (NI), yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, mengunggah sebuah video di internet pada Selasa (19/8/2014), yang menayangkan pemenggalan kepala seorang yang diduga sebagai jurnalis Amerika Serikat bernama James Foley, yang hilang di Suriah sejak 2012 silam.

Dalam video berjudul "Sebuah Pesan untuk Amerika" yang diunggah di beberapa website media sosial itu juga tampak seorang jurnalis AS bernama Steven Sotloff. Meski demikian, kebenaran video itu belum diperiksa.

Foley yang bertugas meliput di Timur Tengah selama lima tahun diculik pada 22 November 2012 oleh kelompok bersenjata tidak dikenal. Sementara Sofloff hilang di utara Suriah pada Juli 2013.

Sebuah akun Twitter yang dibuat oleh keluarga Foley untuk menggalang dukungan pencarian wartawan itu pada Rabu (20/8/2014), berkicau bahwa masih dibutuhkan banyak informasi untuk mengonfirmasi video tersebut.

"Mohon sabar sampai kami memeroleh lebih banyak informasi," bunyi pernyataan dalam akun itu.

Sementara Gedung Putih mengatakan bahwa intelijen AS sedang berusaha untuk mengecek kebenaran video itu.

Video itu diunggah setelah AS memutuskan untuk kembali melancarkan serangan udara ke Irak, sejak pendudukan militer AS di negeri itu berakhir pada 2011.

Tayangan itu sendiri disunting secara dramatis, dimulai dengan cuplikan Presiden Barack Obama mengumumkan otorisasi serangan udara ke Irak.

"Izin Obama untuk menggelar operasi militer terhadap Negara Islam secara efektif menempatkan Amerika di atas lereng terjal menuju perang baru melawan muslim," klaim NI lewat teks yang tertera di dalam video itu.

Tidak lama kemudian muncul rekaman hitam putih yang menggambarkan serangan udara AS, lengkap dengan keterangan "Agresi Amerika terhadap Negara Islam".

Kemudian muncul seseorang yang diduga James Foley mengenakan baju berwarna jingga. Dia tampak berlutut di padang pasir, sementara seorang lelaki bertopeng hitam berdiri di sampingnya, sambil memegang pisau.

"Saya mendesak semua sahabat, keluarga, dan orang-orang yang saya cintai untuk bangkit melawan pembunuh sejati saya, yakni pemerintah AS. Apa yang terjadi pada saya adalah hasil dari kejahatan dan kepuasan diri mereka," kata lelaki yang sedang berlutut itu.

Lelaki bertopeng itu kemudian berkata dalam logat Inggris yang kental, "Ini James Wright Foley, warga Amerika, dari negara kalian. Sebagai sebuah pemerintahan, kalian sudah berada di garis depan agresi terhadap Negara Islam."

"Kini angkatan udara kalian menyerang kami setiap hari di Irak. Serangan kalian telah menyebabkan banyak korban umat Islam. Kalian tidak lagi melawan pejuang, kami adalah tentara Islam dan sebuah negara yang sudah diakui oleh umat Islam di seluruh dunia," lanjut lelaki beraksen Inggris itu.

Usai mengucapkan kalimat itu, dia memenggal lelaki yang sedang berlutut itu.

Di akhir video muncul suara yang mengatakan "Steven Joel Sotloff" dan tidak lama berselang muncul gambar seorang tahanan lain dalam seragam oranye.

"Hidup dari warga Amerika ini, Obama, tergantung pada keputusan Anda selanjutnya," kata lelaki bertopeng itu.

Foley adalah wartawan lepas yang meliput perang saudara di Suriah untuk GlobalPost. Pada 2011 dia pernah ditahan selama 45 hari oleh tentara mendiang pemimpin Libya, Moamar Khadafi.

Sementara Sotloff juga adalah wartawan lepas yang menulis untuk majalah Time dan majalah Foreign Policy. Dia pernah bertugas di Suriah, Libya, dan Yaman.

Adapun Gedung Putih dalam pernyataan yang dibacakan oleh juru bicara Caitlin Hayden mengatakan bahwa pemerintah sudah menyaksikan video pembunuhan Foley.

"Jika benar, kami terkejut dengan pembunuhan brutal atas wartawan Amerika yang tidak berdosa dan kami menyampaikan duka yang mendalam bagi keluarga dan sahabatnya," kata Hayden. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI