Suara.com - Paus Fransiskus tiba di ibu kota Korea Selatan, Seoul, pada Kamis (14/8/2014) untuk memulai lawatan lima hari di negara yang punya lima juta umat Katolik itu. Itu adalah kunjungan paus pertama di Asia sejak 1999.
Paus Fransiskus disambut di sebuah pangkalan udara di selatan Seoul oleh Presiden Korsel, Park Geun-hye, dua pelarian dari Korea Utara, dan anggota keluarga dari para korban kecelakaan feri Sewol yang tenggelam pada April lalu.
Tujuan utama dari kunjungan Fransiskus adalah untuk menghadiri pertemuan Orang Muda Katolik yang digelar di negara itu. Kunjungan itu sendiri merupakan lawatan internasional Fransiskus ketiga setelah dia terpilih sebagai paus pada Maret 2013.
Tiga roket Korut
Meski demikian kunjungan Fransiskus ke Korsel, tampaknya tidak serta merta meredakan ketegangan antara Seoul dengan Pyongyang. Hanya beberapa menit sebelum paus tiba di Seoul, Korut melepaskan tiga rudal jarak pendek ke dekat pantai timur Korsel.
Roket-roket itu ditembakan dari beberapa peluncur roket di Wonsan, sebuah kota pelabuhan Korut. Tiga roket itu melesat sejauh 220 kilometer sebelum menghantam perairan di timur tanjung Korea, demikian jelas pejabat kementerian pertahanan Korsel.
Roket terakhir ditembakan hanya 35 menit sebelum pesawat kepausan mendarat di sebuah pangkalan udara di Seoul.
Provokasi Korut itu dilakukan jelang latihan militer gabungan antara Korsel dengan sekutu utamanya, Amerika Serikat yang rencananya digelar pada Senin (18/8/2014).
Telegram berkat untuk Cina
Adapun sebelum tiba di Korsel, tepatnya saat melintas di atas wilayah udara Cina, Paus Fransiskus mengirim telegram berisi ucapan salam bagi Presiden Xi Jinping dan rakyat Cina.
Adalah kebiasaan Fransiskus untuk mengirim telegram kepada pemimpin negara yang wilayah udaranya dilewati dalam perjalanan internasional. Kebiasaan itu jarang menjadi berita, kecuali kali ini mengingat pemerintah komunis Cina melarang gereja Katolik di negaranya dan tidak menjalin hubungan diplomatik dengan Vatikan.
"Saat memasuki wilayah udara Cina, saya menyampaikan salam kepada yang mulia dan warga negara Anda, dan saya meminta berkat perdamaian dan kesejahteraan bagi negara ini," tulis Fransiskus dalam telegramnya.
Telegram Fransiskus itu menjadi lebih menarik mengingat fakta bahwa Cina akhirnya memberi izin bagi paus untuk melewati wilayah udaranya. Hubungan antara Vatikan dan Beijing tidak pernah harmonis sejak pemerintahan komunis berkuasa pada 1949 dan mendiang Paus Yohanes Paulus II selalu harus menghindari wilayah udara Cina dalam beberapa kunjungannya ke Asia.
Geraja Katolik di Cina sendiri dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah gereja resmi negara yang disebut "Asosiasi Patriot", yang taat kepada partai komunis. Sementara komunitas kedua, yang bergerak di bawah Tanah, mengakui otoritas paus di Roma. (Reuters)