Mengenal Novela Nawipa, Saksi Paling Lucu di Sidang MK

Siswanto Suara.Com
Rabu, 13 Agustus 2014 | 05:21 WIB
Mengenal Novela Nawipa, Saksi Paling Lucu di Sidang MK
Novela Nawipa. (Facebook)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dengan bekal keyakinan dirinya yang kuat itu, Novela mulai membangun bisnisnya dari hasil "berkebun emas."

Kegiatan jual-beli maupun menggadaikan logam mulia bersertifikat produk Antam untuk mendapatkan dana segar baru guna membeli lebih banyak emas itu dilakukannya dengan tekun.

"Transaksi per harinya bisa sepuluh gram kalau harga emas lagi naik. Saya menjual satu koin emas dan uangnya dipakai untuk membeli dua koin emas. Ini saya lakukan terus-menerus sehingga saya bisa mengumpulkan sampai 20 gram emas," kata perempuan yang kini menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra.

Dalam menjalankan kegiatan bisnis rumah, tanah dan emas yang diyakininya tetap berprospek baik ini, Novela memilih Bank Muamalat sebagai mitra keuangan usahanya karena sistem Syariah dan bagi hasil yang diterapkan bank tersebut terbukti menguntungkan.

"Bagaimana kita bisa saling menguntungkan, itu yang penting buat saya walau saya orang Kristen," katanya.

Keberhasilan yang sementara ini telah dicapainya membuat hidupnya relatif berkecukupan secara ekonomi, kondisi yang tak dirasakannya di masa kanak-kanak hingga remaja. "Saya jatuh bangun tapi saya terus melangkah karena ada cahaya di ujung lorong," ujarnya.

Kondisi ekonomi keluarganya yang terbatas itu telah memaksa Novela untuk senantiasa kreatif dan bekerja keras untuk meraih cita-cita.

"Saya bekerja apa saja untuk bisa bertahan dan meneruskan sekolah. Sewaktu di sekolah dasar, saya jualan sayur mayur dan hasil-hasil kebun yang lain di pasar. Lalu, saat masih duduk di bangku SMP, saya bekerja sebagai tukang cuci pakaian," katanya.

Tamat dari SMP, kehidupan Novela tidak lantas membaik sehingga dia tidak punya banyak pilihan untuk menopang hidupnya. "Waktu duduk di kelas dua SMA, saya pernah menjadi tukang ojek dengan menyasar para penumpang wanita," kata alumni SMA Negeri 1 Sentani.

Kegetiran hidup terus berlanjut hingga dia kuliah di Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI