Suara.com - Pertempuran kembali pecah antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, hari Jumat (8/8/2014). Aksi saling serang terjadi pascagencatan senjata yang telah berlangsung selama 72 jam.
Serangan roket-roket Hamas dibalas dengan serangan udara, laut, dan darat oleh militer Israel. Warga Jalur Gaza pun terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka.
Seorang bocah berusia 10 tahun tewas, sementara enam orang lainnya terluka dalam sebuah serangan yang menghantam sebuah tempat dekat masjid Kota Gaza.
Menanggapi kekerasan yang kembali berlangsung di Jalur Gaza, Pemerintah Amerika Serikat mendesak Israel dan Palestina untuk kembali duduk bersama di meja perundingan.
"Amerika Serikat sangat mengkhawatirkan perkembangan terbaru di Gaza," tutur juru bicara Gedung Putih Josh Earnest.
"Kami mengecam serangan roket terbaru dan kami mengkhawatirkan keselamatan dan keamanan warga sipil di kedua belah pihak yang terlibat konflik," lanjut Earnest.
Di pihak Israel sendir, seorang lelaki terluka serius akibat pecahan roket yang diluncurkan militan Hamas. Dua orang lainnya menderita
luka ringan. Sementara itu, satu roket lainnya menghantam sebuah rumah di Sderot, namun tidak menimbulkan jatuhnya korban jiwa.
Pada Jumat (8/8/2014) sore, Mesir kembali mengajak kedua belah pihak untuk berunding dan mewujudkan gencatan senjata.
"Kementerian luar negeri menyerukan kepada semua pihak untuk mengangkat tanggung jawab... dan untuk segera kembali pada komitmen gencatan senjata dan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk bernegosiasi secepat mungkin," sebut sebuah pernyataan kementerian luar negeri Mesir.
Delegasi Palestina mengatakan bahwa pembicaraan akan dilanjutkan. Mereka mengatakan bakal menemui pada mediator perundingan di Mesir pada hari Senin pekan depan.
Namun, tidak demikian dengan Israel. Mereka menolak bernegosiasi jika serangan roket Hamas terus terjadi.
Hingga kini, konflik Israel dan Palestina telah menewaskan hampir 1.900 warga Palestina, sebagian besarnya adalah warga sipil. Sementara di pihak Israel, korban jiwa yang jatuh mencapai 67 orang. (Telegraph)