Suara.com - Situasi dan kondisi keamanan di Libya yang kian membara mendorong Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tripoli meminta seluruh warga negara Indonesia untuk menunda niat berkunjung ke negeri yang tengah bergolak itu.
"Seluruh WNI untuk tidak melakukan atau menunda perjalanan ke Libya untuk sekarang ini," kata Duta Besar RI untuk Libya, Raudin Anwar dalam imbauannya, Rabu (6/8/2014).
Imbauan Dubes Raudi tersebut dilansir lewat akun jejaring sosial Facebook, Fungsi Konsuler KBRI Kairo.
WNI yang saat ini masih berada di Libya juga diimbau untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan, memantau segala perkembangan yang terjadi dan mengambil langkah untuk segera keluar dari negara itu.
KBRI Tripoli menjelaskan, stabilitas keamanan di Libya saat ini semakin memburuk dan sangat mengkhawatirkan, khususnya di ibu kota Libya, Tripoli, dan Benghazi, kota di dekat perbasasan dengan Mesir, yang pernah manjadi pusat pemberontakan penumbangan rezim Muammar Gaddafi pada 2011.
"Kepada semua WNI yang masih di Libya diminta untuk segera melaporkan keberadaan mereka kepada KBRI Tripoli," katanya.
KBRI Tripoli juga menyediakan nomor kontak telepon untuk dihubungi, yaitu Yosi Aprizal dari Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Tripoli, (+218 92 731 2997), Untung Istiawan (+218 92 304 9051), Nova ilmawan (+218 94 543 6043), Andry Noffitri (+218 94 513 3813), Aliyasar (+218 94 433 2134), dan KBRI Tripoli (+218 21 4842067, 484-2843, 484-2844).
Sementara itu, terkait memburuknya keamanan di Libya, berbagai negara telah dan sedang mengevakuasi warganya dari negara Arab di utara Afrika tersebut.
Pemerintah Filipina, misalnya, pada Rabu meminta jaringan bantuan kemanusiaan Masyarakat Bulan di Sabit Merah Libya untuk memberikan keamanan bagi lebih dari 2.000 warga Filipina yang akan diungsikan.
Sejak 5 Agustus, Departemen Luar Negeri Filipina mengatakan, 436 warganya telah terdaftar untuk evakuasi melalui laut di Benghazi dan sekitarnya, serta 602 dari Misrata dan daerah sekitarnya.