Suara.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, kekerasan yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara menjadi contoh buruk bagi generasi muda di Indonesia, juga di negara-negara lainnya.
"Dengan tontonan dan contoh buruk tentang konflik, perang dan kekerasan sebagaimana yang kita saksikan saat ini, atau juga di tahun-tahun sebelumnya, maka anak-anak bangsa mana pun, termasuk anak-anak muda kita, bagai diajarkan ya begitulah kehidupan di dunia yang mesti dijalankan," ujar Presiden lewat surat terbuka kepada para pemimpin dunia yang dimuat di laman Facebook-nya, hari Kamis (31/7/2014).
Presiden SBY mengaku, selama memimpin Indonesia, dirinya selalu berjuang menjaga kerukunan antarumat beragama. SBY juga mengatakan berhasil menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi di Indonesia.
"Hampir sepuluh tahun ini saya mengajak bangsa Indonesia, termasuk umat Islam Indonesia, untuk senantiasa mencintai perdamaian, persaudaraan, toleransi dan kerukunan. Saya juga berjuang dengan gigih untuk memerangi radikalisme, ekstrimisme dan terorisme di bumi Indonesia. Saya juga aktif menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam forum dialog antar agama dan peradabannya baik di Indonesia maupun di berbagai forum internasional. Saya juga memelopori dan memimpin penyelesaian berbagai konflik di Indonesia secara damai dan demokratis, termasuk konflik di Aceh dan Papua, konflik komunal antar dan intra agama, serta konflik kepentingan dengan negara lain termasuk sengketa perbatasan dengan negara-negara tetangga," kata SBY dalam suratnya itu.
SBY juga mencoba menggugah kesadaran para pemimpin dunia bahwa mereka punya tanggung jawab untuk memastikan agar generasi penerus bangsa tidak menjadi generasi yang penuh kebencian akibat meniru jalan yang diambil para pendahulunya dalam menyelesaikan masalah.
"Saya khawatir, karena keacuhan dan kurangnya tanggung jawab kita semua, maka generasi-generasi yang terlahir saat ini kelak akan menjadi generasi yang keras, penuh dendam dan kebencian. Bisa-bisa pula menjadi generasi yang haus darah dan peperangan. Kalau ini yang terlahir dan terjadi di abad ke-21 ini, maka terciptanya perdamaian dan keamanan internasional yang menjadi semangat dan jiwa Perserikatan Bangsa-Bangsa, hanya akan menjadi sesuatu yang sangat ilusif," ujar SBY.
Versi Bahasa Inggris dari surat terbuka SBY itu dimuat di harian Strait Times edisi tanggal 31 Juli 2014.