Suara.com - Warga Palestina di Jalur Gaza terpaksa hidup dalam kegelapan sejak hancurnya pembangkit listrik satu-satunya oleh gempuran Israel.
Kini, warga kian kesulitan karena suplai air terganggu. Yang paling parah, rumah sakit yang sudah penuh sesak oleh pasien terpaksa memakai generator pembangkit listrik agar tetap bisa beroperasi.
Tak hanya pembangkit listrik Gaza satu-satunya yang rusak. Jaringan kabel listrik yang mengalir dari Israel juga rusak parah dalam konflik yang telah berlangsung selama tiga pekan itu.
"Tidak ada listrik sama sekali di Kota Gaza," kata Sara Badei, seorang insinyur pengairan dari Komite Palang Merah Internasional di Gaza.
"Mereka benar-benar hidup dalam kegelapan," tambahnya.
Biasanya, Gaza mendapat pasokan listrik sebesar sekitar 210 megawatt, dimana 60 megawatt dari pembangkit listrik, 120 megawatt dari saluran listrik Israel, serta 28 megawatt lainnya dari Mesir. Kini sembilan dari 10 kabel yang mengalir dari Israel rusak. Hanya kabel yang dari Mesir sajalah yang masih memasok listrik secara normal.
Dengan listrik yang terbatas, warga sedapat mungkin bertahan. Contohnya rumah sakit yang mengupayakan generator untuk suplai listriknya. Namun yang paling mengkhawatirkan adalah masalah distribusi air. Pasalnya, tanpa listrik, pompa air tidak bisa beroperasi. Akibatnya, warga akan kesulitan mendapatkan air bersih. (Mashable)