Mengintip Terowongan Bawah Tanah Pejuang Palestina

Ruben Setiawan Suara.Com
Sabtu, 26 Juli 2014 | 15:22 WIB
Mengintip Terowongan Bawah Tanah Pejuang Palestina
Seorang tentara Israel memberi penjelasan kepada jurnalis dalam sebuah tur ke terowongan pejuang Palestina. (Reuters/Jack Guez)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para pejuang Hamas selama ini menggunakan terowongan bawah tanah untuk menyusup ke wilayah Israel untuk melakukan serangan. Baru-baru ini, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengetahui keberadaan salah satu terowongan tersebut.

Mulut terowongan itu diketahui berada di sebuah ladang semangka di Kibbutz Nir Am di Israel. Jaraknya hanya sekitar 700 meter dari perbatasan Israel dengan Gaza. Ada lubang sedalam 12 meter yang mengarah langsung pada sebuah terowongan. Terowongan itu sangatlah sempit. Menurut tentara Israel, lebar terowongan hanya cukup untuk satu orang yang berdiri.

Terowongan itu ditemukan IDF sekitar dua bulan lalu. Terowongan itu mirip dengan 30 terowongan lain dengan sekitar 100 jalan masuk yang digunakan militan Palestina untuk menyusup ke Israel. Beberapa di antaranya sudah dihancurkan oleh IDF.

Bagi Israel, penemuan terowongan sangat bermanfaat untuk mencegah serangan Hamas ke Israel. Hingga kini, serangan Israel ke Gaza telah menewaskan 881 orang. Sebagian besar di antaranya adalah warga sipil. Namun, Israel terus berdalih bahwa serangannya ke Gaza difokuskan untuk menghancurkan jaringan terowongan bawah tanah tersebut.

Pada Jumat (24/7/2014), IDF mengajak jurnalis untuk masuk ke dalam terowongan berukuran 2x1 meter itu. Terowongan sepanjang 3,2 kilometer itu berakhir di sebuah rumah kaca di Khan Younis, Jalur Gaza.

Selain untuk menyusup ke Israel, Hamas juga menggunakan terowongan untuk menyimpan senjata. Ismail Haniyeh, seorang mantan perdana menteri Hamas pernah mengatakan bahwa terowongan-terowongan itu merupakan strategi untuk melawan okupasi Israel serta mengantisipasi konflik dengan musuh dari bawah tanah. (Reuters/New York Times)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI