Suara.com - Sedikitnya 15 orang tewas saat pasukan Israel menggempur sebuah sekolah yang dijadikan tempat pengungsian bagi warga Palestina di Gaza bagian utara, hari Kamis (24/7/2014).
Seragan itu juga menyebabkan banyak korban luka-luka. Sebuah rumah sakit di kawasan Beit Hanoun sampai kewalahan menangani pasien yang jumlahnya melebihi kapasitas rumah sakit.
"Pembantaian semacam itu membutuhkan rumah sakit yang lebih banyak," kata Ayman Hamdan, direktur rumah sakit di Beit Hanoun.
Seorang fotografer Reuters yang ada di lokasi melaporkan, genangan darah terlihat di lantai dan meja kelas sekolah yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut. Tangisan keluarga yang keluarganya tewas dan luka-luka juga terdengar di sudut-sudut rumah sakit.
Menurut kesaksian Laila Al-Shinbari, seorang perempuan Palestina yang mengungsi di sekolah tersebut, mereka sedang menunggu dievakuasi oleh konvoi Palang Merah saat tiba-tiba serangan datang.
"Kami semua duduk di satu tempat saat tiba-tiba empat bom jatuh di atas kami... Mayat-mayat bergelimpangan, darah dan teriakan-teriakan. Putra saya meninggal dan semua kerabat saya terluka termasuk anak saya yang lainnya," kata Laila sambil tak henti-hentinya menangis.
Chriss Gunness, juru bicara UNRWA, misi kemanusiaan PBB di Gaza membenarkan serangan itu dan mengkritik Israel.
"Koordinat lokasi pengungsian UNRWA di Beit Hanoun sudah diberikan kepada tentara Israel... UNRWA sudah meminta Israel memberi celah kepada warga sipil untuk pergi, namun izin tidak pernah diberikan," kata Gunness melalui akun Twitternya. (Reuters)