Suara.com - Setelah Komisi Pemilihan Umum menyatakan pasangan capres dan cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai pemenang Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014, banyak pihak yang berharap agar pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa menerima keputusan tersebut dengan legowo tak terkecuali presiden terpilih Joko Widodo.
Jokowi berharap agar Prabowo akan bertindak sebagai seorang negarawan.
“Saya yakin Prabowo negarawan yang akan tempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya,” kata Jokowi.
Harapan senada juga diungkap Wasekjen Partai Hanura Kristiawanto.
"Kami berharap bagi pasangan Prabowo-Hatta dan pendukungnya menerima keputusan KPU, dan legowo," kata Kristiawanto.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Capres nomor urut 1 Prabowo Subiyanto memutuskan menarik diri dari pelaksanaan Pilpres 2014. Iapun menuding Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak demokratis dan mengabaikan kecurangan yang menurut Prabowo, terjadi dalam pelaksanaan Pilpres.
Urusan legowo, tampaknya politisi Indonesia harus sedikit melirik cara politisi asing dalam menyikapi kekalahan. Salah satunya adalah Hillary Clinton, politisi Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) yang pernah bersaing dengan Barack Obama dalam konvensi partai itu pada tahun 2008.
Hillary menerima kekalahannya dari Barack Obama sebagai wakil Partai Demokrat yang akan maju ke pemilihan presiden. Sikap legowonya terungkap lewat pidato kekalahan dirinya.
"Hari ini, saya mengakhiri kampanye saya. Saya mengucapkan selamat kepadanya (Obama) atas kemenangannya dan atas kampanye luar biasa yang ia lakukan. Saya mendukung dia sepenuhnya," kata Hillary dalam pidatonya.
Tak lupa, istri mantan presiden Bill Clinton itu mengucapkan rasa terima kasih atas dukungan yang ia terima. Bahkan, sekedar untuk menyampaikan rasa terima kasih itu, Hillary tahu benar caranya mengaduk-aduk emosi orang lain.
"Dan saya ingin mengawali hari ini untuk mengungkapkan betapa berterimakasihnya saya kepada Anda semua, kepada semua yang telah menumpahkan hati dan harapan pada kampanye ini, yang rela datang dari jauh, yang rela berbaris di tepian jalan melambaikan cenderamata, yang menggalang dana, mengetuk satu pintu ke pintu lain, menelpon, berbicara, terkadang sampai berdebat dengan teman dan tetangga, yang mengirim surat elektronik, yang menyumbangkan banyak dana, untuk para ayah dan para ibu yang datang ke acara kami, yang memanggul anak gadisnya dan berbisik di telinganya "Lihatlah, kamu bisa menjadi siapapun yang kamu inginkan"," ujar Hillary.
Para relawan pendukungnya pun tidak terlupakan sama sekali.
"Dan kepada staf, relawan, dan pendukung saya yang luar biasa - terima kasih atas kerja keras kalian. Terima kasih untuk mengorbankan segalanya, meninggalkan sekolah atau pekerjaan, bepergian ke tempat-tempat baru, terkadang sampai berbulan-bulan. Dan terima kasih untuk keluarga kalian semua, karena pengorbananmu adalah pengorbanan mereka juga. Kalian semua ada untuk saya dalam setiap langkah saya," kata Hillary
Sikap legowo juga ditunjukkan John McCain, kandidat capres dari Partai Republik yang dikalahkan Obama dalam Pemilu Presiden AS tahun 2008. Meski kalah, McCain justru mendesak pendukungnya untuk bersatu dan mendukung Obama yang terpilih.
"Saya mendesak semua rakyat Amerika... Saya mendesak semua rakyat Amerika yang mendukung saya untuk bergabung dengan saya, bukan hanya memberi selamat padanya (Obama), namun memberikan upaya terbaik kita untuk menjembatani perbedaan yang ada demi mewujudkan kemakmuran, mempertahankan keamanan negeri, dan mewariskan kepada anak cucu kita, negara yang lebih kuat dan lebih baik," kata McCain kala menyampaikan pidato kekalahannya.
Sosok seorang negarawan sejati juga ia tunjukkan saat tidak menyalahkan pendukungnya atas kekalahannya.
"Kita telah berjuang, kita berjuang semampu kita. Dan meski kita kalah, kesalahan ada pada diri saya, bukan kalian," kata McCain merendah.
McCain menekankan kerjasama adalah langkah terbaik yang harus diambil, ketimbang terus larut dalam kekecewaan.
"Itu normal. Itu normal, malam ini, untuk merasa kecewa. Namun besok, kita harus meninggalkan itu dan bekerja sama untuk memajukan negeri kita," katanya kala itu.
Baca juga bagian sebelumnya: Ini Beda Pidato Prabowo dengan Politisi Negeri Seberang (Bagian 1)