Suara.com - Dua tragedi yang melanda maskapai penerbangan Malaysia Airlines dalam empat bulan terakhir telah memberikan tekanan psikologis dan juga trauma bagi kru penerbangan.
Empat bulan lalu, MH370 yang membawa 12 kru hilang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Cina. Ketika kru Malaysia Airlines masih berjuang untuk menghadapi hilangnya teman-teman mereka di MH370, musibah kembali datang ketika MH17 ditembak jatuh di wilayah utara, Ukraina, Kamis lalu.
Ada 15 kru Malaysia Airlines yang berada di dalam pesawat yang nahas itu. Presiden National Union of Flight Attendant, Ismail Nasaruddin mengatakan, kru MAS yang ada di MH370 dan MH17 sudah seperti keluarga sendiri.
“Tentu saja kami sedih, mereka adalah keluarga besar kami. Kami kehilangan 27 kru dalam waktu singkat. Jelas kami terpengaruh. Kru lain mengalami demoralisasi atas tragedi ini. Kami menerima laporan ada kru yang tidak bisa lagi terbang karena terpengaruh secara mental,” ujar Ismail.
Menurut Ismail, kru Malaysia Airlines yang mentalnya terpengaruh dari dua musibah tersebut memerlukan pertolongan psikologis. Bukan itu saja masalah yang dihadapi Malaysia Airlines, mereka juga harus menghadapi pembatalan tiket yang dilakuka oleh calon penumpang.
Maskapai milik pemerintah Malaysia itu juga sudah berjanji akan mengembalikan uang secara penuh kepada calon penumpang yang tidak jadi bepergian dengan Malaysia Airlines. (Channelnewsasia)