Ayatollah Ali Khamenei, Antara Amerika dan Kanker Zionisme

Ruben Setiawan Suara.Com
Kamis, 17 Juli 2014 | 09:00 WIB
Ayatollah Ali Khamenei, Antara Amerika dan Kanker Zionisme
Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei. (Reuters/Caren Firouz)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari ini, 75 tahun yang lalu, Ali Hosseini Khamenei, lahir di Mashhad, Iran. Khamenei merupakan Pemimpin Agung Iran kedua yang sepak terjangnya mendapat sorotan dunia terutama pandangannya terhadap negara barat, senjata nuklir, dan Israel.

Khamenei merupakan seseorang yang memiliki gelar Sayyid, yang menunjukkan identitasnya sebagai salah satu keturunan sahabat dan sepupu Nabi Muhammad, Ali bin Abi Thalib. Sejak kecil, Khamenei sudah digembleng dengan pendidikan religius di sekolah Islam.

Kariernya di dunia politik dimulai saat menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan merangkap pengawas Garda Revolusi Islam di bawah kepemimpinan Ayatollah Khomeini, sang Pemimpin Agung Iran yang pertama. Sebagai tokoh penting di sebuah negara yang sedang disulut revolusi, Khamenei pernah hampir terbunuh oleh aksi teror. Dalam sebuah konferensi pers, sebuah tape recorder berisi bom meledak dan melukai tangan kanannya hingga cacat.

Sempat menduduki kursi kepresidenan selama 8 tahun, Khamenei diangkat sebagai Pemimpin Agung Iran pada 4 Juni 1989 menggantikan pendahulunya, sang tokoh Revolusi Iran pertama, Ayatollah Khomeini. Sebagai Pemimpin Agung Iran, Khamenei merupakan otoritas politik dan agama tertinggi di Republik Islam Iran. Dia lebih kuat daripada Presiden Iran. Dia pulalah yang berhak menunjuk kepala militer, pemerintah sipil, dan yudikatif.

Sebagai Pemimpin Agung, Khamenei dinilai sebagai tokoh yang kuat menentang kekuatan barat, terutama Amerika Serikat (AS), yang paling getol menjatuhkan sanksi ekonomi pada Iran. Pada tahun 2007, Khamenei terang-terangan menentang invasi AS ke Irak. Ketika itu, dia memprediksi Presiden AS George Bush suatu saat akan diseret ke pengadilan kriminal internasional atas keputusannya menginvasi Irak.

Khamenei juga masih menunjukkan sikap berlawanan saat Presiden Obama menjabat sebagai orang nomor satu di AS. Meski AS memperlunak kebijakannya pada Iran, Khamenei menilai bahwa janji saja belum cukup. Ia butuh bukti nyata dari AS.

Khamenei juga bersikukuh pada diteruskannya proyek pengayaan nuklir Iran yang mati-matian dikecam AS. AS menuding Iran membuat senjata nuklir secara diam-diam, namun Iran bersikeras bahwa proyek nuklirnya hanya untuk kepentingan energi dan teknologi medis. Sampai-sampai pada tahun 2005, Khamenei membuat fatwa yang menyebutkan, bahwa produksi, penyimpanan, dan penggunaan senjata nuklir dilarang dalam Islam.

Terkait pertikaian yang terjadi antara Israel dan Palestina, Khamenei adalah salah seorang penentang kuat terbentuknya Negara Israel dan gerakan Zionisme. Salah satu pernyataan yang paling terkenal soal Israel diucapkannya pada tahun 2000. Dia menyebut negara Israel sebagai kanker yang harus disingkirkan dari wilayah (Palestina). Hari Senin (15/7/2014), Khamenei menyerukan agar umat Muslim di seluruh dunia untuk bersatu melawan Israel. Menurutnya, pembantaian di Gaza seharusnya membuat umat bangkit dan bersatu.

Terlepas dari itu semua, Khamenei juga pernah dihantam isu tak sedap. Sebuah penelitian yang dilakukan media reuters menyebutkan, Khamenei mempunyai kerajaan bisnis rahasia bernilai 95 miliar dolar, melebihi nilai ekspor minyak tahunan Iran. Menurut Reuters, bisnis utama Setad, organisasi yang digerakkan oleh Khamenei, adalah dalam bidang keuangan, minyak, telekomunikasi, produksi pil keluarga berencana, dan peternakan burung onta.

Baca juga: Aung San Suu Kyi, Xi Jinping, Che Guevara

REKOMENDASI

TERKINI